Dapat Suntikan Rp3 Miliar per Kopdes, Bapanas Ajak Pelaku Usaha Pangan Bergabung

Wait 5 sec.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi. (Istimewa)JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengajak para pelaku usaha pangan untuk memanfaatkan program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih sebagai peluang kolaborasi guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.Hal ini disampaikannya saat menghadiri kegiatan di Surakarta, menjelang peluncuran kelembagaan Kopdes Merah Putih secara nasional, Minggu, 20 Juli. Arief bilang, bagi yang tertarik bergabung maka akan diberikan dukungan dana sebesar Rp 3 miliar per koperasi dalam bentuk pinjaman.Dana ini diharapkan mampu dimanfaatkan untuk membangun unit usaha strategis, termasuk outlet sembako yang bisa melayani kebutuhan 2.000 hingga 3.000 kepala keluarga (KK) di setiap desa atau kelurahan."Setiap Kopdes diberikan platform anggaran sebesar Rp 3 miliar dalam bentuk pinjaman, bukan hibah. Ini kesempatan bagi teman-teman PPN untuk ikut berkontribusi. Setiap Kopdes bisa melayani sekitar 2.000 atau 3.000 KK sehingga ini potensinya baik sekali," ucap Arief dalam keterangannya.Lebih lanjut, ia menyebut bahwa program Kopdes Merah Putih akan berjalan beriringan dengan inisiatif Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat."Pemerintah sudah siapkan hilirnya, selain Kopdes ada juga program Makan Bergizi Gratis. Jadi silakan bersiap mendukung program baik Bapak Presiden Prabowo ini," tambah Arief.Saat ini, sebanyak 103 Kopdes percontohan (mock-up) telah terbentuk dan siap diluncurkan secara resmi oleh Presiden Prabowo pada esok hari, 21 Juli 2025. Kopdes percontohan tersebut diharapkan menjadi model penerapan yang dapat direplikasi di berbagai wilayah Indonesia.Tak hanya mendorong kolaborasi, Arief juga mengimbau pelaku usaha untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi agar bisa bersaing di tengah pasar yang semakin kompetitif.Menurutnya, kemajuan teknologi sudah menjadi standar di perusahaan besar, dan pelaku usaha kecil perlu beradaptasi untuk tetap relevan.Ia mencontohkan sektor penggilingan padi yang menghadapi tantangan serupa, di mana pelaku usaha skala kecil masih kalah saing karena keterbatasan teknologi dan kapasitas produksi.Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penguatan modal dan kerja sama lewat koperasi dan asosiasi. "Modal itu bisa dibangun lewat koperasi dan asosiasi. Jangan kerja sendiri-sendiri. Harus kolaboratif dan terus berinovasi," tandas Arief.