Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM Temmy Satya Permana. (Foto: Theresia Agatha/VOI)JAKARTA - Kementerian Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menyayangkan, banyaknya mal di Indonesia yang sudah jarang menjual produk-produk lokal. Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM Temmy Satya Permana mengatakan, hanya ada 1-2 toko di mal yang masih menyediakan produk-produk lokal. "Sekarang kalau kita main ke mal, mungkin kita jarang lihat Hammer (merek baju lokal) sekarang. Karena hanya beberapa mal yang mau menyajikan produk lokal, selebihnya produk kita hanya bisa bersaing mungkin 1-2 toko, selebihnya produk dari luar," ujar Temmy dalam sambutannya pada acara Inabuyer B2B2G Expo 2025 di Gedung Smesco, Jakarta, Kamis, 24 Juli. Padahal, kata Temmy, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, telah diatur terkait pengalokasian 30 persen area infrastruktur publik untuk kegiatan usaha UMKM. "It's okay enggak ada masalah, tapi tetap kita mendorong agar teman-teman pengusaha mal itu memberikan space (tempat) bagi produk-produk lokal. Di peraturan kita itu, 30 persen wajib menyediakan tempat bagi produk lokal," kata dia. Apalagi, lanjutnya, saat ini pasar dalam negeri menjadi sasaran empuk datangnya barang-barang dari luar negeri. Mengingat, jumlah penduduk RI yang cukup besar. "Para pengusaha di luar negeri memandang pasar kita adalah pasar yant sangat potensial, 270 juta rakyat kita ini merupakan pasar sangat luar biasa bagi produk-produk luar. Saya tidak sebut satu negara, tapi dari semua negara," ucap Temmy.Temmy mengapresiasi Gerakan Kamis Pakai Lokal atau 'Gaspol' yang diinisiasi oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Dia berharap, kampanye tersebut bisa diterapkan di seluruh kementerian/lembaga. "Untuk itu, kami mengapresiasi Gaspol, Gerakan Kamis Pakai Lokal, dari teman-teman di Kemendag. Mudah-mudahan, Gaspol ini bukan hanya di Kemendag, tapi di seluruh kementerian/lembaga dan BUMN," pungkasnya.