Presiden Prabowo Subianto di Kongres PSI di Solo, Minggu (21/7?2025) (dok Setneg)SOLO – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyoroti maraknya fenomena masyarakat yang merasa paling tahu segalanya, terutama dalam menanggapi isu-isu politik dan pemerintahan yang ramai dibicarakan di media sosial.Hal ini disampaikan Presiden saat memberikan pidato dalam penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tahun 2025, yang berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu 21 Juli malam.“Sekarang ada fenomena, tidak hanya di Indonesia. Saya keliling ke luar negeri dan mereka juga mengeluhkan hal yang sama—banyak orang merasa dirinya paling pintar,” ujar Prabowo di hadapan peserta kongres.Presiden menilai, banyak orang saat ini dengan mudah berkomentar tentang berbagai isu, meskipun tidak memiliki dasar pengetahuan atau argumen yang kuat. Bahkan, ia menyoroti banyaknya spekulasi yang beredar di media sosial dan podcast, terutama yang menyangkut dirinya.“Saya sering memantau media sosial, podcast, dan banyak yang membahas saya. Kadang saya heran, mereka seolah lebih tahu daripada saya sendiri,” ungkapnya.Salah satu contoh yang ia angkat adalah spekulasi publik tentang renggangnya hubungan antara dirinya dengan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), maupun kritik terhadap pujiannya terhadap gajah—yang kini menjadi simbol baru PSI.Meski menganggap hal itu bagian dari dinamika demokrasi, Presiden mengingatkan masyarakat agar tidak menyalahgunakan kebebasan berpendapat, terutama dengan menyebarkan informasi bohong, ujaran kebencian, atau hoaks.“Teknologi informasi penting, tapi jangan disalahgunakan. Kita tidak boleh malas untuk komunikasi, untuk bicara,” tegasnya.Presiden juga menyinggung gaya kepemimpinan dirinya dan Presiden Jokowi yang cenderung fokus pada kerja nyata daripada berbicara panjang lebar di depan publik.“Orang seperti saya dan Pak Jokowi, sebenarnya lebih suka kerja. Kami tidak terlalu suka pidato-pidato,” tutup Prabowo.