Eksklusif, Ketua BKSAP Mardani Ali Sera: Indonesia Tetap Konsisten Dukung Kemerdekaan Palestina

Wait 5 sec.

Menurut Ketua BKSAP Mardani Ali Sera pasca perang Iran-Israel, dukungan pada Palestina dari dunia makin besar. (Foto: Bambang E. Ros – VOI, DI: Raga Granada VOI)Sikap Indonesia tegas dan tak pernah berubah dalam mendukung kemerdekaan negara Palestina. Menurut Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Dr. H. Mardani Ali Sera, M.Eng., sikap konsisten tersebut selalu ditunjukkan oleh para pemimpin Indonesia di setiap forum, baik nasional maupun internasional.***Bukan tanpa alasan jika Indonesia sangat keras menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. Sebab, hal ini merupakan amanat UUD 1945 yang menentang segala bentuk penjajahan di muka bumi.“Kita mengajak seluruh bangsa untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Itulah yang disuarakan Presiden Prabowo, Ketua MPR Ahmad Muzani, Ketua DPR Puan Maharani, dan sebagainya,” ujar Mardani.Beberapa bulan terakhir, pasca perang 12 hari antara Israel dan Palestina, Mardani Ali Sera mengamati bahwa dukungan terhadap gerakan Palestina semakin besar.“Simpati luar biasa mengalir untuk Palestina. Jarang terjadi sebelumnya, mahasiswa dari kampus-kampus besar di Amerika dan berbagai kota di dunia turun ke jalan menyuarakan dukungan untuk Palestina. Ini adalah kemenangan. Dalam bahasa Jawa disebut ‘menang tanpo ngasorake’ (meraih kemenangan tanpa menyakiti atau merugikan orang lain). Palestina mendapat kemenangan di hati publik dunia,” terangnya.Memang belum ada yang bisa memastikan kapan rakyat Palestina benar-benar akan meraih kemerdekaannya. Namun, melihat perkembangan saat ini, Mardani menilai bahwa jalan menuju kemerdekaan itu sudah dekat. Solusi dua negara seperti dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 67 tinggal menunggu waktu.Ia mengibaratkan seperti pohon yang berbuah: buahnya sudah tua dan sebentar lagi matang. Agar buah itu jatuh, terkadang perlu dirogoh atau digoyang batangnya. Yang jelas, dukungan terhadap kemerdekaan Palestina tak boleh kendor.“Saya melihat jalan menuju perdamaian makin cerah. Ketika malam kian kelam, tandanya fajar akan menyingsing. Kemerdekaan Palestina itu, bagi saya, sudah di depan mata,” tegas Mardani Ali Sera kepada Edy Suherli, Bambang E. Ros, dan Irfan Meidianto dari VOI yang menemuinya di Gedung DPR RI, Kamis, 10 Juli.Meski belum tahu kapan, Ketua BKSAP Mardani Ali Sera yakin kemerdekaan Palestina akan terealisir dalam waktu yang tak lama lagi. (Foto: Bambang E. Ros – VOI, DI: Raga Granada VOI)Menurut Anda, siapa pihak yang paling terpuruk akibat perang 12 hari Iran–Israel? Iran, Israel, atau Palestina sebagai pihak ketiga yang terdampak?Saya harus kasih kredit ke Iran dalam konteks ini. Soalnya yang menyerang itu Israel dan Amerika, lho—bukan sembarang negara. Dua kekuatan puncak dalam pertahanan dunia. Pertama, Iran bisa bertahan dari serangan, dan kedua, mereka mampu merespons serangan itu dengan kalkulasi yang baik. Tidak mudah bertahan dan kemudian menyerang balik secara terukur. Artinya, serangan baliknya tidak serampangan. Bahkan saat menyerang pangkalan militer Amerika di Qatar, Iran memberikan pernyataan bahwa Qatar adalah sahabat Iran. Mereka tidak menyerang negaranya, tetapi pangkalan Amerika.Lalu, apa dampaknya terhadap perdamaian di Gaza dan Palestina setelah perang 12 hari mereda?Ada tiga hal yang perlu digarisbawahi soal Palestina. Pertama, masyarakat Palestina sendiri yang menjadi kekuatan utama. Apa yang terjadi pada 7 Oktober 2023 menunjukkan bahwa kapasitas militer mereka bagus. Dalam waktu yang sama, teman-teman Palestina di Tepi Barat juga unjuk kekuatan. Semoga dua entitas ini sepakat dan saling legowo.Kedua, sentimen positif yang didapat akibat genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Gaza. Simpati luar biasa mengalir untuk Palestina. Jarang-jarang mahasiswa dari kampus besar di Amerika dan berbagai kota di dunia turun ke jalan menyuarakan dukungan untuk Palestina. Ini kemenangan. Dalam bahasa Jawa disebut ‘menang tanpo ngasorake’ (meraih kemenangan tanpa menyakiti atau merugikan orang lain). Palestina mendapat kemenangan di hati publik dunia.Dan ketiga, para pemain utama dunia—Amerika, Rusia, China, Jerman, Inggris, Mesir, dan juga Indonesia—akan berfungsi untuk memaksa perdamaian di Gaza. Buat kita, ini juga berarti memaksa kemerdekaan Palestina.Dengan blokade Israel yang terus berlangsung dan misi kemanusiaan yang terhambat, apakah Anda melihat ada peluang membuka koridor kemanusiaan secara permanen ke Gaza?Kalau bicara Israel, saya ingin menggunakan pendekatan mikroskopik. Di dalam negeri Israel sendiri ada dua kubu. Kebetulan saat ini Partai Likud sedang berkoalisi dengan Partai Faraid, kelompok garis keras di sana. Ini dilakukan Netanyahu karena Likud sedang tidak kuat, jadi dia perlu dukungan dari kelompok ekstrem kanan.Sementara, yang menjadi pemenang suara adalah partai sayap kiri dan tengah yang cenderung pro-deeskalasi. Namun kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka akan memudahkan kemerdekaan Palestina. Jadi keadaan inilah yang membuat Netanyahu mengambil sikap menyerang terus-menerus, meskipun itu berisiko. Kita berharap rakyat Israel makin sadar bahwa apa yang dilakukan Netanyahu justru membawa kehancuran bagi Israel sendiri.Perang 12 hari antara Iran dan Israel membuat banyak kota besar di Israel menjadi sasaran rudal. Apakah solusi dua negara yang selama ini digaungkan masih realistis diwujudkan?Dalam perspektif multilateralisme, kita tetap merujuk pada Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 67 soal Two-State Solution, di mana Yerusalem Timur menjadi ibu kota Palestina dan wilayah-wilayah yang diduduki Israel dikembalikan kepada Palestina. Inilah penyelesaian internasional yang punya kerangka hukum kuat.Fokus kita saat ini adalah kemerdekaan Palestina. Setelah mereka merdeka, mereka bisa mengatur diri sendiri, membangun, dan menjalankan demokrasi. Itu akan menjadi kado terindah untuk dunia.Apakah diplomasi parlemen seperti yang dijalankan BKSAP DPR RI cukup efektif untuk menekan Israel atau mendorong komunitas internasional lebih tegas terhadap Israel dan solusi dua negara?Saat sidang IPU (Inter-Parliamentary Union), kami dari BKSAP berhasil membuat delegasi Israel di forum Standing Committee on Peace keluar dari sidang. Negara-negara yang secara tradisional mendukung mereka, seperti Spanyol dan Inggris, tidak lagi mendukung, bahkan menyerang posisi Israel. Ini adalah small victory, walaupun dalam forum General Assembly IPU usulan kita tentang Palestina tidak lolos.Banyak jalan menuju Roma. Pak Prabowo dengan gerbong eksekutifnya all out membela Palestina. Sementara kami di legislatif berjuang dalam forum-forum parlemen. Terakhir di forum ASEAN Parliamentarians, forum parlemen Asia, dan forum IPU juga kita konsisten membela Palestina.Saat ini kata Ketua BKSAP Mardani Ali Sera, Palestina sudah berhasil memenangkan hati publik dunia. (Foto: Bambang E. Ros – VOI, DI: Raga Granada VOI)Saat ini, perjuangan untuk kemerdekaan Palestina sudah sejauh mana?Jalan menuju kemerdekaan memang masih panjang. Ibarat naik 1.000 anak tangga, kita baru sampai di anak tangga ke-117. Tapi jangan pernah bosan untuk terus melangkah hingga sampai di puncak: kemerdekaan Palestina. Saat kita bekerja sesuai prinsip kebenaran dan mandat konstitusi, itu sudah merupakan kemenangan. Meski perjalanan masih jauh, kita harus yakin bahwa Palestina akan merdeka.Kita doakan semoga kemerdekaan Palestina segera tercapai.Saya sangat yakin Palestina akan merdeka, karena itu adalah keniscayaan sejarah.Beberapa negara ASEAN menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Saat voting atau perdebatan di forum internasional, seperti apa reaksi mereka?Negara-negara ASEAN yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel adalah Singapura, Laos, Vietnam, dan Thailand. Namun dalam banyak kasus, meskipun mereka memiliki hubungan diplomatik, dukungan politik terhadap Palestina tetap berjalan. Hubungan itu lebih bersifat ekonomi. Thailand, misalnya, lebih dari 20.000 tenaga pertanian terdidik mereka direkrut oleh Israel untuk bekerja di sektor pertanian.Jadi selama ini, apakah upaya BKSAP untuk mendesak Israel bisa dikatakan efektif?Dalam hal menghentikan serangan Israel ke Gaza, memang belum berhasil. Namun dalam hal peningkatan jumlah negara yang mengakui kemerdekaan Palestina dan memberikan dukungan, itu meningkat signifikan. Bagi saya, itu adalah kemenangan. Sekarang Palestina sudah menjadi anggota resmi IPU. Yang sedang kita kejar adalah keanggotaan penuh Palestina di PBB. Saat ini statusnya masih sebagai observer. Kini sudah ada 154 negara yang mendukung. Ibaratnya, kita memang belum mencetak gol, tapi penguasaan bola meningkat dan pertahanan kita juga makin rapi.Bagaimana Anda melihat peran Iran dalam perjuangan Palestina: apakah sebagai pelindung, atau justru aktor yang memperkeruh situasi geopolitik di Gaza?Yang saya lihat, Iran sangat mendukung kemerdekaan Palestina. Di berbagai forum internasional, suara Iran konsisten mendukung Palestina. Bahkan mereka berani membalas serangan Israel. Bagi saya, itu bukan hal kecil.Apakah ada risiko Gaza menjadi ajang proxy war antara Iran dan Israel? Bagaimana seharusnya Indonesia menyikapinya?Yang utama, kita jangan hilang fokus pada tujuan kemerdekaan Palestina. Kalaupun Iran membangun proxy di beberapa wilayah, kita bisa memanfaatkan situasi itu untuk terus mendorong kemerdekaan Palestina. Jadi, jangan alergi terhadap dinamika semacam itu. Contoh lain: China memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tapi di saat yang sama mereka juga banyak mengambil inisiatif untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Diplomasi itu memang melelahkan dan rumit, tapi itu adalah kemenangan peradaban. Perang terjadi karena diplomasi gagal, dan kita tidak ingin gagal dalam berdiplomasi.Indonesia konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Namun, hasil survei menunjukkan sekitar 2 persen masyarakat Indonesia justru mendukung Israel. Apakah ini menjadi alarm masuknya pengaruh zionisme ke dalam negeri?Faktanya, di beberapa daerah di Indonesia memang ada yang mendukung Israel. Tapi kita tak bisa mengontrol pikiran mereka. Yang harus kita lakukan adalah menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dalam format two-state solution. Kita mengajak seluruh bangsa untuk mendukung Palestina. Itulah yang disuarakan oleh Presiden Prabowo, Ketua MPR Ahmad Muzani, Ketua DPR Puan Maharani, dan tokoh lainnya. Tidak masalah kalau ada 2 persen penduduk yang mendukung Israel—sisanya mendukung Palestina. Itu adalah kemenangan yang mutlak.Dengan adanya 2% penduduk yang dikatakan mendukung Israel, apakah bisa dikatakan pengaruh zionisme sudah masuk ke Indonesia?Akan sangat baik jika ada akademisi yang meneliti alasan mengapa 2% dari penduduk Indonesia mendukung Israel. Dari sana, kita bisa melakukan treatment yang lebih akurat. Saya pernah bertemu dengan seorang Yahudi yang tinggal di Manado, dan ia pun tidak setuju dengan tindakan Israel menyerang Palestina. Di kalangan orang Yahudi sendiri, banyak yang menentang Netanyahu. Di New York, para rabbi Yahudi biasa ikut demonstrasi menyerukan penghentian genosida di Gaza.Ada perbedaan antara Yahudi dan Zionisme. Yang satu adalah agama, sementara yang lainnya adalah ideologi atau paham. Seperti halnya terorisme—ada orang yang bisa terpapar, begitu juga dengan zionisme. Dan di era sekarang, hal semacam itu wajar terjadi. Jadi, tidak perlu terlalu takut dengan angka 2% itu—masih dalam batas wajar. Menghadapi terorisme, zionisme, dan sebagainya, jangan ikut emosi, apalagi ikut gendang mereka. Tenang saja dan jalankan strategi kita sendiri.Sebagai Ketua BKSAP, apakah Anda melihat celah kerja sama antarparlemen negara-negara OKI untuk merumuskan tekanan global terhadap Israel?Sebenarnya yang lebih powerful itu Ketua DPR RI. Saya hanya membantu Mbak Puan Maharani. Kami selalu melaporkan perkembangan ke Ketua DPR RI. Saya ingin isu Palestina ini menjadi milik bersama, bukan hanya PKS saja. Saya senang ketika Mbak Puan, Pak Ahmad Muzani, hingga Pak Prabowo berbicara lantang membela Palestina di berbagai forum.Setelah perang 12 hari antara Iran dan Israel, seperti apa masa depan perdamaian di Gaza dan Palestina?Saya melihat jalan menuju perdamaian makin cerah. Ketika malam makin kelam, itu tandanya fajar akan segera menyingsing. Kemerdekaan Palestina bagi saya sudah di depan mata. Seperti pohon yang buahnya hampir matang—kadang perlu kita goyang agar buahnya jatuh. Tugas kita adalah terus berjuang hingga kemerdekaan itu benar-benar tiba.Saat ini kota-kota seperti Tel Aviv, Haifa, Beersheba, dan lainnya juga sudah seperti Gaza—porak-poranda. Bagaimana Anda melihatnya?Kalau soal kehancuran akibat rudal di kota-kota besar Israel, harus dikonfirmasi lagi. Apakah benar kondisinya hancur, dan sebesar apa kerusakannya? Memang ada beberapa sistem pertahanan mereka, seperti Iron Dome, yang berhasil dibobol. Tapi tingkat kerusakannya sangat berbeda dengan Gaza. Sekitar 85–90% wilayah Gaza hancur total.Yang perlu dicatat, orang-orang Gaza memang tangguh dan kuat. Mereka sudah lama mengalami serangan dan kehancuran kota. Berbeda dengan warga Tel Aviv dan kota-kota lainnya yang selama ini hidup dalam kenyamanan dan keamanan. Mental mereka tidak siap menghadapi serangan dan kehancuran. Kekuatan militer Israel memang masih unggul, tetapi kekuatan soft power-nya sangat menurun. Simpati dunia terhadap Israel makin berkurang, sementara empati terhadap Palestina terus meningkat. Menurut saya, itu adalah kemenangan.Kita doakan semoga kemerdekaan Palestina segera terwujud.Ya, kita tidak boleh berhenti berdoa dan berusaha. Saat ini ada 125 LSM yang terus konsisten memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Mereka tetap setia. Dalam waktu yang tidak lama lagi, kami yakin bisa masuk ke Gaza, Tepi Barat, dan wilayah Palestina lainnya. Kita akan bergandengan tangan membangun Palestina. Ketangguhan rakyat Palestina bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Mardani Ali Sera dan Sekolah Calon PemimpinMenurut Mardani Ali Sera, sebagai seorang politis dia merasa perlu punya punya karya yang menjadi legacy dirinya. (Foto: Bambang E. Ros – VOI, DI: Raga Granada VOI)Di luar kesibukannya sebagai politisi dan tugas sebagai Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Dr. H. Mardani Ali Sera, M.Eng. punya kegiatan lain yang tak kalah penting. Ia mendirikan sekolah untuk menyemai calon pemimpin bangsa. Namanya Mardani Leadership School (MLS). Lewat sekolah ini, dia tidak hanya mengajar, tapi juga ikut belajar.“Politisi juga harus punya kepedulian terhadap pendidikan. Seorang politisi yang baik itu harus cinta ilmu. Jadi, politisi dan pendidikan itu menyatu, karena politisi akan mendapat amanah mengurus public matters,” kata pria kelahiran Jakarta, 9 April 1968 ini.Mardani mengakui bahwa urusan publik itu rumit. “Urusan publik memerlukan kebijaksanaan, dan bekalnya adalah ilmu. Saya senang mengurusi itu semua,” lanjut alumni Teknik Mesin Universitas Indonesia (1987) ini.MLS adalah sekolah dengan sistem asrama untuk jenjang SMP dan SMA yang berlokasi di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Melalui sekolah ini, ia ingin agar para siswa yang menyelesaikan pendidikan bisa menjadi calon pemimpin bangsa di bidang apa pun yang akan mereka tekuni. Konsisten Mengkritik Kebijakan Presiden JokowiMardani Ali Sera merasa lega setelah meminta maaf atas kritik konsisten atas kebijakan Presiden Jokowi selama 10 tahun. (Foto: Bambang E. Ros – VOI, DI: Raga Granada VOI)Sebelum terjun ke dunia politik, Mardani Ali Sera sudah dikenal lantang mengkritik. Salah satunya adalah kritik yang ia sampaikan kepada Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.“Saya pernah mengkritik keras soal gerakan 2019 Ganti Presiden. Karena itu, saat pelantikan Presiden Prabowo pada 20 Oktober 2024, saya menemui Pak Jokowi untuk meminta maaf atas kritik-kritik saya terhadap kebijakannya yang konsisten sejak 2014 hingga 2024. Saya senang karena beliau menerima permintaan maaf saya,” ungkap Mardani, yang menempuh pendidikan S2 dan S3 di Universiti Teknologi Malaysia.Permintaan maaf ini, lanjut Mardani, memang perlu ia sampaikan secara langsung agar urusannya tuntas. “Saya ingin menyampaikannya secara pribadi. Agar nanti, kalau diminta pertanggungjawaban, saya sudah menunaikan bagian saya. Mudah-mudahan urusan saya dengan beliau, di dunia ini, sudah selesai,” kata Mardani, yang mendirikan MLS pada tahun 2021.Menjelang berakhirnya masa kepemimpinan Presiden Jokowi, Mardani juga sempat merenung. Meski sering mengkritik, ia merasa belum memiliki karya yang benar-benar bisa dibanggakan. “Makanya saya bertekad untuk punya sesuatu yang nyata. Salah satunya adalah Mardani Leadership School. Sekolah ini saya beri nama saya sendiri, karena ini bentuk akuntabilitas publik,” jelas politisi Partai Kedilan Sejahtera ini. Sekolah untuk Diri SendiriPunya sekolah yang menjadi tempat belajar para siswa, ternyata bagi Mardani Ali Sera juga tempat belajar bagi dirinya. (Foto: Bambang E. Ros – VOI, DI: Raga Granada VOI)Sekolah yang ia dirikan ini memang terbuka bagi siswa dari luar, namun sejatinya, kata Mardani, sekolah ini juga untuk dirinya sendiri. “Sekolah ini bukan hanya untuk para siswa, tapi juga untuk saya pribadi. Lewat sekolah ini, saya ingin belajar bagaimana membangun sebuah institusi pendidikan,” tuturnya.Ia juga senang berdiskusi langsung dengan para siswa di MLS. “Saya sering berdiskusi dengan siswa-siswa. Lewat diskusi itu, saya ingin mewariskan apa yang ada dalam benak saya. Harapannya, saat mereka melanjutkan ke jenjang universitas, mereka sudah siap untuk mengembangkan diri,” jelasnya.Mardani mengamati bahwa saat ini hampir tidak ada perbedaan signifikan antara siswa SMP dan SMA. “Keterbukaan informasi dan kemudahan akses lewat internet membuat pengetahuan siswa SMP dan SMA nyaris sejajar. Yang membedakan hanyalah rajin tidaknya mereka membaca dan menggali informasi. Di sekolah kami, siswa SMP dan SMA bisa saling jual-beli gagasan,” ungkapnya.Di sekolah ini, sistem seleksi masuk berbasis pada bakat. “Jangan ajari burung berenang, dan jangan ajari ikan untuk terbang. Biarkan burung menguasai langit, dan ikan menguasai laut,” katanya sambil menjelaskan bahwa ia menanamkan prinsip 3B kepada siswa: banyak bertemu orang, banyak aktivitas, dan beragam aktivitas.Hal menarik lainnya, lanjut Mardani Ali Sera, setiap siswa di MLS wajib memiliki proyek, baik pribadi maupun kelompok. Semua proyek berawal dari masalah nyata di sekitar mereka. “Lewat proyek itu, siswa harus menyelesaikan problem yang mereka temukan. Ada yang membuat proyek untuk mencari tahu penyebab dan solusi kenapa banyak semut di kamar, misalnya,” katanya memberi contoh.