Ilustrasi International Monetary Fund (IMF). Foto: StreetOnCamara_Comeback/ShutterstockDana Moneter Internasional atau IMF memperingatkan bahwa risiko terkait ketegangan perdagangan masih membayangi prospek ekonomi global dan ketidakpastian tetap tinggi, meski ada sedikit peningkatan dalam aktivitas perdagangan dan kondisi keuangan.Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, Gita Gopinath, menyampaikan bahwa IMF akan memperbarui proyeksi ekonomi global pada akhir Juli. Revisi ini mempertimbangkan peningkatan ekspor menjelang kenaikan tarif, pergeseran arus perdagangan, membaiknya kondisi keuangan, serta tren penurunan inflasi yang terus berlanjut, seperti dikutip dari Reuters pada Minggu (20/7).Pada April lalu, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan untuk Amerika Serikat (AS), China, dan sebagian besar negara lainnya, dengan alasan dampak tarif tinggi AS terhadap impor yang kini berada di level tertinggi dalam 100 tahun.IMF juga memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan perdagangan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih jauh.Kala itu, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan global sebesar 0,5 poin persentase menjadi 2,8 persen untuk tahun 2025, dan 0,3 poin menjadi 3 persen untuk tahun berikutnya. Para ekonom memperkirakan akan ada sedikit revisi ke atas dalam proyeksi terbaru yang akan dirilis IMF pada akhir Juli.Dalam pertemuan para pejabat keuangan negara-negara G20 yang telah diselenggarakan di Afrika Selatan pekan kemarin, Gita menyampaikan bahwa ketegangan perdagangan masih mempersulit prospek ekonomi.“Meski kami akan memperbarui proyeksi global pada akhir Juli, risiko penurunan masih mendominasi dan ketidakpastian tetap tinggi,” ujar Gita dalam pidatonya.Ia mendorong negara-negara untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan dan menerapkan reformasi kebijakan guna mengatasi ketidakseimbangan domestik, termasuk dengan mengurangi pengeluaran fiskal dan menata kembali jalur utang agar berkelanjutan.Gita juga menekankan pentingnya agar bank sentral menyesuaikan kebijakan moneternya secara hati-hati sesuai kondisi spesifik di masing-masing negara, serta menegaskan pentingnya menjaga independensi bank sentral. Isu ini menjadi salah satu poin utama dalam komunike yang dirilis oleh pejabat keuangan G20.Ia menambahkan, di tengah ketidakpastian kebijakan dan volatilitas pasar yang meningkat, arus modal ke negara berkembang dan pasar berkembang masih lambat tetapi masih tangguh. Bagi banyak negara peminjam, kondisi pembiayaan masih ketat.Kata Gita, untuk negara-negara dengan beban utang yang tidak berkelanjutan, langkah-langkah proaktif sangat penting. Ia juga kembali mengulang seruan IMF akan pentingnya mekanisme restrukturisasi utang yang tepat waktu dan efisien.Gita pun menekankan perlunya upaya lebih lanjut dalam isu tersebut, termasuk dengan membuka akses bagi negara berpenghasilan menengah untuk memanfaatkan Kerangka Umum G20 untuk Restrukturisasi Utang.