Rentetan Kebakaran di Jakarta Dapat Sorotan DPRD: Bukan Sekadar Musibah, tapi Alarm Sistemik

Wait 5 sec.

Ilustrasi kebakaran (ANTARA)JAKARTA - Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono menyoroti sejumlah kasus kebakaran beruntun yang terjadi pada Sabtu dan Minggu, 19-20 Juli 2025. Sedikitnya, terdapat 3 kasus kebakaran dalam dua hari hingga menimbulkan korban jiwa.Mujiyono menilai, kasus-kasus kebakaran di Jakarta terjadi bukan hanya musibah biasa, namun menjadi peringatan serius akan lemahnya sistem pencegahan dan respons dini kebakaran di Ibu Kota.“Kebakaran di Jakarta bukan semata akibat korsleting atau kelalaian, tetapi mencerminkan kompleksitas masalah urban seperti kepadatan permukiman, buruknya instalasi listrik, minimnya edukasi kebakaran, serta belum meratanya sarana pemadam kebakaran," kata Mujiyono kepada wartawan, Senin, 21 Juli.Di Jakarta, sebagian besar kebakaran terjadi karena korsleting listrik. Mujiyono pun mendesak tim gabungan Pemprov DKI dan PLN untuk memeriksa dan memberikan pemahaman kepada masyarakat secara berkala atas bahaya instalasi listrik yang tidak memenuhi standar.“Penting juga dilakukan inventarisasi dan pemanfaatan aset lahan pemerintah untuk pembangunan hidran mandiri. Di wilayah yang tidak memungkinkan masuknya armada pemadam kebakaran, kami mendorong penggunaan hidran portabel sebagai alternatif bagi daerah padat penduduk yang susah dilewati mobil pemadam," jelas Mujiyono.Selain itu, edukasi dan pelatihan harus ditingkatkan, terutama kepada komunitas warga seperti Redkar, sekolah, dan kampus. Mengingat, pencegahan hanya efektif bila masyarakat dilibatkan secara aktif.Sementara itu, Mujiyono juga mempertanyakan efektivitas program "Satu APAR (alat pemadam api ringan) Satu RT sebagai program unggulan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung-Rano Karno.Menurutnya, manfaat program Satu APAR Satu RT sangat bergantung pada pemeliharaan, pengawasan, dan pelatihan yang dilakukan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta kepada warga.“Jangan sampai APAR hanya menjadi simbol di dinding tanpa fungsi saat keadaan darurat. Harus ada sistem inventarisasi dan lpengecekan rutin terhadap seluruh APAR di lingkungan warga karena banyak ditemukan APAR yang tidak terisi ulang atau sudah kedaluwarsa," ungkap Mujiyono.“Warga juga perlu diberi pelatihan langsung bagaimana cara menggunakan APAR secara benar. Jangan asumsikan semua orang tahu cara memadamkan api. Harus ada kolaborasi antara Pemprov, Dinas Gulkarmat, RT/RW, dan warga untuk menjadikannya solusi nyata, bukan formalitas," tambahnya.Pada Sabtu, 19 Juli, terjadi kebakaran di permukiman warga Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, pukul 06.20 WIB. Dua rumah tinggal dan satu indekos hangus terbakar dengan dugaan penyebab korsleting listrik. Akibat peristiwa itu, empat orang anak meninggal dunia.Lalu, pada Minggu, kembali terjadi dua kasus kebakaran. Api melahap rumah makan warteg Kelurahan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara pada pukul 09.10 WIB, dan mengakibatkan satu orang meninggal dunia.Pukul 11.40 WIB, kebakaran kembali terjadi di Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan berdampak pada 55 rumah dengan dugaan penyebab korsleting listrik.