Apakah Kita Bakal Jadi Generasi Terakhir yang Melihat Kunang-kunang?

Wait 5 sec.

Ilustrasi kunang-kunang. Foto: WUT.ANUNAI/ShutterstockPernahkah kamu terpukau oleh cahaya kunang-kunang yang menari di malam musim panas? Kini, muncul kekhawatiran besar soal benarkah kita adalah generasi terakhir yang bisa menikmati pemandangan indah itu?Klaim ini ramai berseliweran di media sosial, terutama TikTok. Namun, apakah benar demikian? Jawabannya, belum tentu.Memang, dunia sedang berada dalam kondisi yang rumit dan kacau. Para pakar menyebutnya sebagai “polycrisis”, kumpulan berbagai krisis global yang saling terhubung dan memperparah satu sama lain.Perang, perubahan iklim, polusi, krisis pangan dan air, ketidakstabilan ekonomi, hingga kemunduran demokrasi adalah bagian dari masalah dunia saat ini. Semua ini turut mempercepat hilangnya keanekaragaman hayati secara massal, termasuk matinya banyak spesies. Meski situasinya genting, kita tetap harus cermat memilah informasi. Jangan sampai termakan kabar yang menyesatkan hanya karena viral.Salah satu contohnya adalah heboh soal punahnya kunang-kunang. Semua berawal dari satu video TikTok yang menampilkan tulisan “Kita adalah generasi terakhir yang melihat kunang-kunang”, disertai visual kelap-kelip indah hewan tersebut.Video itu sudah disukai lebih dari 6,4 juta kali dan dikomentari puluhan ribu orang yang merasa sedih. Mengingat situasi dunia yang sedang runyam, wajar jika video itu menyentuh banyak hati. Namun, penting buat kita mencari tahu faktanya. @evenaged We are the last generation to see fireflies. ♬ original sound - Jay - Spotify Pada April 2024, sebuah studi penting diterbitkan dan membahas penurunan populasi kunang-kunang di Amerika Utara. Peneliti mengungkap sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan ini, terkait perubahan iklim, hilangnya habitat alami, dan campur tangan manusia.Penelitian ini menggabungkan ribuan survei lapangan dari citizen scientists dengan teknologi machine learning. Totalnya, lebih dari 24.000 survei dikumpulkan melalui program Firefly Watch.“Perubahan iklim yang terjadi, terutama dalam hal suhu, sangat memengaruhi siklus berkembang biak kunang-kunang dan kualitas habitatnya,” ujar Darin McNeil, dosen ekologi satwa liar di University of Kentucky.Kunang-kunang yang sebenarnya adalah jenis kumbang ini menyukai cuaca hangat dan lembap, terutama di wilayah berumput tinggi dan berair tenang. Sayangnya, kenaikan suhu global dan pola hujan yang tak menentu telah menciptakan kondisi lebih kering yang mempersulit kelangsungan hidup larva mereka. Sebaliknya, di beberapa tempat justru terlalu basah, menyebabkan sarang berkembang biak mereka terendam.Faktor lain adalah urbanisasi. Perluasan jalan dan bangunan memakan habitat alami kunang-kunang. Polusi cahaya dari lampu jalan dan papan iklan juga mengganggu ritual kawin mereka yang bergantung pada sinyal bioluminesensi.Ilustrasi kunang-kunang. Foto: Suzanne Tucker/ShutterstockDi sisi lain, praktik pertanian yang menggunakan pestisida dan herbisida secara masif ikut menekan populasi kunang-kunang, baik secara langsung maupun karena membunuh mangsa alami mereka.Namun, tidak semua area pertanian berdampak buruk. Beberapa justru menunjukkan kepadatan kunang-kunang tertinggi, terutama yang menerapkan sistem penggembalaan ternak yang menciptakan lingkungan rumput yang mereka sukai.Di sinilah letak poin utama studi ini, penurunan populasi kunang-kunang bukan masalah yang seragam. Beberapa spesies lokal memang terancam, tapi secara keseluruhan, komunitas kunang-kunang masih bertahan.Hal ini juga ditegaskan oleh edukator sains Hank Green dalam TikTok-nya, yang membantah rumor viral bahwa kunang-kunang akan benar-benar menghilang.“Saya nggak mau kamu takut pada segala hal,” katanya seperti dikutip IFL Science. “Saya ingin kita takut pada hal yang benar-benar perlu ditakuti.”Pernyataan itu mengingatkan kita untuk tidak larut dalam kepanikan yang tak berdasar. Situasinya memang serius, tapi harus dihadapi dengan pemahaman yang akurat. Studi ini justru menunjukkan bahwa kita masih punya harapan. Ekosistem alam sangat kompleks dan solusi pelestarian pun harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing.Masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan agar kunang-kunang tetap bersinar: membatasi polusi cahaya, melindungi habitat alami mereka, dan mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan. Kunang-kunang belum padam, dan kita bisa ikut menjaga cahaya mereka tetap hidup.