Para siswa Sekolah Rakyat 19 Sonosewu, Bantul, saat mengikuti MPLS. Foto: Pandangan Jogja/Resti DamayantiSekolah Rakyat (SR) 19 Sonosewu di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih mengalami kekurangan wali asuh dan wali asrama. Dengan jumlah siswa mencapai 200 orang, rasio pendamping belum memenuhi standar ideal.“Jumlah siswa 200. Dengan rasio 1 banding 10, seharusnya ada 20 wali asuh. Saat ini baru 11 yang sudah melapor ke saya,” ujar Kepala SR 19 Sonosewu, Agus Ristanto, saat ditemui Pandangan Jogja, Selasa (22/7).Dari 11 wali asuh tersebut, dua di antaranya belum mendapat penugasan resmi dari pihak sekolah. Kondisi serupa terjadi pada wali asrama. Saat ini, hanya ada dua wali asrama aktif untuk delapan asrama yang tersedia.“Saat ini baru ada dua wali asrama aktif untuk delapan asrama. Harusnya satu asrama satu wali. Artinya satu wali sekarang menangani empat asrama,” jelas Agus.Kepala Sekolah Rakyat 19 Sonosewu, Bantul, Agus Ristanto. Foto: Pandangan Jogja/Gigih Imanadi DarmaPermasalahan kekurangan pendamping ini telah disampaikan ke Kementerian Sosial, termasuk saat kunjungan Menteri Sosial Saifullah Yusuf dan Sekretaris Jenderal Kemensos Robben Rico beberapa waktu lalu.Agus menambahkan, pihak sekolah tetap menjalankan pendampingan semaksimal mungkin sambil menunggu tindak lanjut dari pemerintah. Ia juga menyoroti kebutuhan logistik siswa yang belum terpenuhi.“Seragam baru datang dua set. Padahal menurut Pak Menteri, harusnya delapan. Laptop juga belum datang,” katanya.SR 19 Sonosewu adalah sekolah berbasis asrama yang ditujukan bagi anak-anak dari kelompok rentan, termasuk yang pernah terlibat kasus kenakalan remaja. Sekolah ini menjadi salah satu pilot project Kementerian Sosial untuk penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas.