Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah. (Foto: Dok. VOI)JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, penciptaan lapangan pekerjaan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi maraknya rombongan jarang beli atau dikenal dengan fenomena 'rojali'. Pasalnya, Budihardjo menilai, pekerjaan membuat masyarakat punya kemampuan untuk membeli barang. Menurut dia, saat ini sudah tersedia berbagai pusat perbelanjaan yang bagus, sehingga harus diimbangi dengan adanya daya beli masyarakat. "Sebenernya kami harus menciptakan daya beli gitu, menciptakan lapangan pekerjaan. Jadi, nggak bisa cuman bikin toko, mall sebagus-bagusnya, yang beli nggak ada," ucap Budiharjo di gedung Smesco, Jakarta, Rabu, 23 Juli. Budiharjo tak menampik adanya fenomena 'rojali' di industri ritel. Selain karena daya beli, ada faktor lain, yakni sistem kerja work from anywhere (WFA) yang menyebabkan karyawan bisa bekerja dari kafe atau tempat makan di mal. Dengan demikian, kebanyakan mereka hanya membeli di kafe, tetapi tidak di gerai-gerai lain yang ada di mal. "Jadi, sebenarnya saat ini memang ada rojali tadi, tapi memang itu dipengaruhi juga dengan work from anywhere. Itu memang jadi satu customer behavior baru," kata dia.Adapun fenomena 'rojali' identik dengan orang-orang yang kerap datang ke toko, gerai, atau mall, tetapi hanya melihat-lihat barang dan tidak melakukan transaksi pembelian. Sebelumnya, Direktur Pemasaran PT Indomarco Prismatama Wiwiek Yusuf mengatakan, fenomena 'rojali' tidak terjadi di ritel modern, dalam hal ini Indomaret. Wiwiek bilang, hal itu dikarenakan lokasi Indomaret berada di dekat pemukiman penduduk dan menjangkau lebih dekat konsumen. Sehingga, konsumen datang dan pasti membutuhkan sesuatu untuk dibeli. "Saya pikir gini, karena kalau fenomena (rojali) itu kan lebih ke mal-mal, ya. Nah, kalau Indomaret ini, kan, lebih dekat ke konsumen. Jadi, artinya mereka butuh, perlu ke Indomaret," ucapnya saat ditemui usai acara MoU antara GP Ansor dengan PT Indomaret Group, di Jakarta, Selasa, 22 Juli. Menurut Wiwiek, fenomena itu mungkin terjadi di pusat perbelanjaan, seperti mal karena konsumen datang tidak selalu memiliki tujuan membeli sesuatu. "Kalau ke mal mungkin mereka ngadem, istilahnya kalau dalam bahasa Jawa. Ya, itu bisa terjadi. Tapi, kalau di Indomaret selama ini, sih, yang datang mereka biasanya berbelanja," tuturnya.