Anak Saya Masih Sekolah Barangnya Sudah di Luar Kecewanya Asep Sudrajat ke Pihak Asrama Putri PPSGHD Dinsos Jabar 

Wait 5 sec.

Asep Sudrajat (52), orang tua dari Kristina, siswi kelas 6 di SLBN A Pajajaran Bandung, memberikan keterangan di SLBN A Wyataguna Padjadjaran Bandung, Rabu (23/7/2025). ANTARA/Ricky PrayogaBANDUNG - Orangtua dari para siswi disabilitas yang tinggal di Asrama Putri Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel (PPSGHD), Dinas Sosial Jawa Barat, Kota Cimahi, mengaku kecewa dengan langkah pengosongan fasilitas yang dilakukan secara mendadak.  Ironisnya, pengosongan dilakukan pada Selasa, 22 Juli atau sehari sebelum peringatan Hari Anak Nasional (HAN). Asep Sudrajat (52), ayah dari Kristina --siswi kelas VI SLBN A Pajajaran Bandung--menyebut tindakan itu terasa memaksa dan tidak manusiawi.  Asep menyebut, tak ada pemberitahuan sebelumnya bahwa anaknya harus angkat kaki dari asrama yang telah menjadi tempat tinggal selama tiga tahun terakhir. “Kalau dari Dinas Sosial, menurut saya sangat tidak manusiawi. Anak saya masih sekolah, tapi waktu pulang ke asrama barang-barangnya sudah dikeluarkan begitu saja,” kata Asep saat ditemui di SLBN A Pajajaran Bandung, Antara, Rabu, 23 Juli.  Menurut Asep, ia baru mendapat informasi dari pihak sekolah pada sore hari bahwa Kristina harus segera dijemput. Tidak ada penjelasan resmi tentang alasan pengosongan asrama. Saat tiba di lokasi, ia mendapati seluruh barang milik anaknya telah dipindahkan ke luar asrama, tanpa ada satu pun petugas yang berjaga. “Saya bingung. Siapa yang ngeluarin barang-barang ini? Dari pihak mana? Tidak ada pemberitahuan sama sekali. Ini anak sedang bersekolah dan tinggal di asrama dengan pengawasan yang baik,” ujarnya. Asrama itu, kata Asep, telah memberi dampak positif bagi perkembangan anaknya, baik secara mental maupun kedisiplinan. Ia menyebut Kristina lebih stabil dan nyaman saat tinggal di sana karena mendapat pengawasan dan pendidikan agama. “Kalau sekarang di rumah, saya bingung. Saya kerja, nggak bisa ngawasin terus. Anak saya perempuan, 17 tahun. Saya khawatir dia ke mana-mana,” ucap Asep. Ia berharap pemerintah daerah dan instansi terkait segera memberikan solusi, terutama bagi siswa-siswi disabilitas dari luar kota yang selama ini bergantung pada fasilitas asrama. “Kalau bisa dibangun lagi. Anak-anak dari luar kota kan butuh tempat tinggal. Jangan sampai mereka kehilangan akses hanya karena tidak ada tempat menginap yang aman,” katanya. Sebelumnya, diketahui dua siswi penyandang disabilitas harus meninggalkan asrama putri PPSGHD secara mendadak. Pendamping menyebut tidak ada pemberitahuan resmi dan bahkan kunci kamar dibongkar secara paksa.  Hingga berita ini diturunkan, belum ada penjelasan dari pihak PPSGHD maupun Dinas Sosial Jawa Barat mengenai alasan pengosongan fasilitas tersebut, serta rencana penanganan bagi siswa-siswi terdampak ke depan.