Asumsi makro (Foto: unsplash)JAKARTA - Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI bersama pemerintah menyepakati rentang asumsi dasar makro dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026."Bapak Ibu sekalian terhadap persetujuan kali ini yang disepakati bersama akan disampaikan dalam forum Sidang Paripurna pada 24 Juli dan menjadi dasar perumusan dalam Nota Keuangan & RAPBN 2026," kata Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah dalam rapat bersama Pemerintah, Selasa, 22 Juli.Adapun, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2026 dalam kisaran 5,2 persen hingga 5,8 persen sebagai bagian dari pembahasan RAPBN 2026.Selain pertumbuhan ekonomi, sejumlah asumsi dasar ekonomi makro lainnya juga telah disepakati yaitu Inflasi diperkirakan berada pada kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen dengan batas bawah lebih rendah dibanding target APBN 2025 sebesar 2,5 persen.Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diasumsikan di kisaran Rp16.500 hingga Rp16.900 per dolar AS, meningkat dari asumsi APBN 2025 yang sebesar Rp16.000 per dolar AS.Kemudian tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diperkirakan berada pada kisaran 6,6 persen hingga 7,2 persen, dengan batas bawah lebih rendah namun batas atas sedikit lebih tinggi dari target APBN 2025 sebesar 7 persen.Selanjutnya, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diasumsikan sebesar 60 dolar AS hingga 80 dolar AS per barel, lebih rendah dari target APBN 2025 yang sebesar 82 dolar AS per barel.Kemudian, lifting minyak bumi ditargetkan sebesar 605.000 hingga 620.000 barel per hari, sedikit meningkat di batas atas dibanding target APBN 2025 sebesar 605.000 barel per hari.Berikutnya, lifting gas bumi dipatok pada kisaran 953.000 hingga 1.017.000 barel setara minyak per hari, dengan batas bawah yang lebih rendah dibandingkan target APBN 2025 sebesar 1.005.000 barel setara minyak per hari.Selanjutnya, Pemerintah dan Banggar menyepakati sejumlah target pembangunan sosial dan ekonomi untuk tahun 2026 yaitu tingkat kemiskinan ekstrem ditargetkan turun menjadi 0 persen–0,5 persen, meningkat dibandingkan target dalam APBN 2025 sebesar 0 persen.Sementara itu, tingkat kemiskinan secara umum ditargetkan berada pada kisaran 6,5 persen–7,5 persen, lebih rendah dibandingkan target APBN 2025 yang sebesar 7 persen–8 persen.Berikutnya, indeks rasio gini juga ditargetkan menurun ke angka 0,377–0,380, dari target tahun 2025 sebesar 0,379–0,382.Sedangkan, tingkat pengangguran terbuka diproyeksikan turun menjadi 4,44 persen–4,96 persen, lebih rendah dibandingkan target APBN 2025 sebesar 4,5 persen–5 persen.Kemudian, Indeks Modal Manusia ditargetkan sebesar 0,57 persen, sedikit lebih tinggi dari target dalam APBN 2025 yang sebesar 0,56 persen.Selain itu, Nilai Tukar Petani ditetapkan pada angka 0,7731, dan proporsi penciptaan lapangan kerja formal ditargetkan mencapai 37,95 persenBerikutnya Banggar dan Pemerintah juga turut menyepakati postur fiskal tahun 2026 dirancang dengan proyeksi pendapatan negara berada pada kisaran 11,71 persen hingga 12,31 persen terhadap PDB.Adapun, pendapatan ini bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar 10,08 persen hingga 10,54 persen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar 1,63 persen hingga 1,76 persen, serta hibah sebesar 0,002 persen hingga 0,003 persen.Di sisi belanja, total belanja negara ditargetkan sebesar 14,19 persen hingga 14,83 persen terhadap PDB. Angka ini terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar 11,41 persen hingga 11,94 persen, dan transfer ke daerah sebesar 2,78 persen hingga 2,89 persen.Sedangkan untuk keseimbangan primer diperkirakan berada pada kisaran negatif 0,18 persen hingga 0,22 persen, sedangkan defisit anggaran ditargetkan sebesar 2,48 persen hingga 2,53 persen terhadap PDB.