Ilustrasi sopir blue bird (ANTARA)JAKARTA - Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai perusahaan transportasi Blue Bird sebagai contoh terbaik dalam menerapkan sistem pembinaan sopir yang efektif dan beretika.Hal ini disampaikannya menyusul insiden sopir Mikrotrans JakLingko yang marah-marah di jalan saat ditegur oleh pengendara lain di lampu merah kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat, 18 Juli 2025."Kalau saya melihat, sistem pembinaan sopir yang paling bagus itu ya di Blue Bird. Apapun dia nggak pernah marah. Mau dicaci maki sama penumpang, dia paling minta maaf, maaf gitu saja," ujar Djoko saat dihubungi VOI, Minggu, 20 Juli.Kata Djoko, para sopir Mikrotrans yang sebagian besar berasal dari latar belakang sopir angkot konvensional, memang memerlukan perhatian khusus serta pembinaan rutin agar lebih profesional dalam bekerja dan menjaga etika di jalan.Ia pun membandingkan sopir Mikrotrans Jaklingko dengan Blue Bird, yang menurutnya mampu menciptakan budaya kerja yang profesional di kalangan pengemudinya. "Pokoknya kan mereka bukan sopir rekrutmen ya, mereka dulu sopir angkot biasa sehingga memang harus ekstra perhatian pada sopir-sopir kayak gini," ucapnya.Djoko menekankan pentingnya pembinaan berkala kepada para sopir angkutan umum yang kini menjadi bagian dari sistem JakLingko agar kejadian serupa tidak terulang."Sopir-sopir kayak gini memang perlu (pembinaan) rutin. Minimal itu sebulan sekali. Mereka, grup-grup itu kumpulannya (para sopir Mikrotrans Jaklingko maksimal satu jam saja diingatkan. Perlu itu, walaupun mungkin materinya sama," sarannya.Insiden yang terjadi pada 18 Juli 2025 itu viral di media sosial setelah seorang sopir Mikrotrans tertangkap kamera marah-marah kepada pengemudi mobil pribadi.Dalam video yang beredar, sopir tersebut turun dari kendaraan dan memarahi pengemudi mobil yang sebelumnya membunyikan klakson karena terganggu oleh angkot yang berhenti di jalur salah saat hendak berbelok ke kiri.Perilaku ini dinilai tidak mencerminkan sikap profesional seorang sopir angkutan umum yang seharusnya menjaga keselamatan dan kenyamanan di jalan raya. Djoko berharap operator dan pihak terkait tidak menyepelekan kejadian seperti ini dan segera memperkuat sistem pembinaan serta pengawasan terhadap perilaku sopir di lapangan.