Ilustrasi AI (Foto: Dok. Freepik)JAKARTA - Perusahaan venture capital (VC) startup Indonesia dan Asia Tenggara East Ventures telah merilis white paper berjudul “AI-first: Decoding Southeast Asia trends”. White paper ini menyajikan analisis mendalam tentang bagaimana kecerdasan buatan (AI), khususnya Generative AI (GenAI), membentuk ulang lanskap bisnis dan inovasi di Asia Tenggara. Teknologi AI juga diperkirakan akan berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara secara signifikan, dengan potensi kontribusi mencapai sekitar 950 miliar dolar AS atau sekitar Rp15.200 triliun pada tahun 2030. Dari total kontribusi AI, Indonesia diperkirakan akan meraih manfaat ekonomi terbesar senilai 366 miliar dolar AS (Rp5.856 triliun), disusul oleh Thailand sebesar 117 miliar dolar AS (Rp1.872 triliun), dan Malaysia sebesar 115 miliar dolar AS (Rp1.840 triliun). East Ventures melihat bahwa implementasi AI di kawasan Asia Tenggara telah memberikan hasil nyata di berbagai sektor:Ritel: Konversi penjualan naik hingga 30 persen berkat sistem rekomendasi berbasis AIKesehatan: Waktu tunggu pasien turun hingga 34 persen melalui diagnostik otomatisManufaktur: Efisiensi produksi naik 22 persen, downtime alat turun 17 persenPetrokimia: Biaya operasional berkurang 12 persen melalui perawatan prediktifPertanian: Konsumsi air turun 28 persen, hasil panen naik 32 persen.East Ventures mencatat bahwa kekuatan GenAI terletak pada kemudahan penerapan dan biaya rendah. Banyak startup di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, sudah memanfaatkan GenAI tanpa perlu keahlian teknis mendalam atau infrastruktur mahal. Namun, saat ini Asia Tenggara masih menyumbang porsi kecil dari total investasi global di bidang AI.Meskipun ekosistem AI di kawasan ini masih berada pada tahap awal, East Ventures melihat potensi pertumbuhan yang kuat di aplikasi hilir, terutama dalam pemanfaatan GenAI.Dalam konteks ini, East Ventures menegaskan kembali keyakinannya untuk terus berinvestasi di sektor AI, dengan menempatkan startup berbasis AI-first sebagai salah satu fokus utama pada tahun 2025.“Kami percaya bahwa inovasi seharusnya dapat diakses oleh semua orang. AI seharusnya tidak diadopsi hanya untuk mengikuti tren, melainkan digunakan untuk membangun solusi yang lebih intuitif, efisien, dan dapat ditingkatkan skalanya,” kata Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures.