Singapura Terancam! Kelompok Peretas Diduga dari China Serang Infrastruktur Vital Negara

Wait 5 sec.

Menteri Koordinator untuk Keamanan Nasional, K. Shanmugam (foto: dok. Cyber Security Agency of Singapore) JAKARTA - Pemerintah Singapura mengungkapkan bahwa mereka tengah menangani serangan siber serius yang menyasar infrastruktur penting nasional. Serangan ini diduga kuat dilakukan oleh kelompok mata-mata siber bernama UNC3886, yang oleh para pakar keamanan dikaitkan dengan China. Ancaman ini disebut dapat mengguncang keamanan nasional Negeri Singa."UNC3886 merupakan ancaman serius bagi kami dan berpotensi merusak keamanan nasional," tegas Menteri Koordinator untuk Keamanan Nasional, K. Shanmugam, dalam pidatonya pada Jumat, 18 Juli. "Kelompok ini menargetkan sektor-sektor strategis bernilai tinggi dan infrastruktur vital yang menyediakan layanan penting."Meski tidak merinci jenis serangan atau dampaknya karena alasan keamanan, pernyataan Shanmugam menjadi peringatan keras terhadap meningkatnya eskalasi perang siber yang kini menimpa negara-negara maju, termasuk Singapura.Perusahaan keamanan siber Mandiant — yang berada di bawah naungan Google — menyebut UNC3886 sebagai kelompok mata-mata siber dengan keterkaitan kuat ke China. Kelompok ini telah lama dikenal melakukan serangan terhadap sektor pertahanan, teknologi, dan telekomunikasi di Amerika Serikat dan Asia.Meski begitu, pihak pemerintah China selalu membantah tuduhan semacam itu. Beijing menegaskan bahwa mereka menentang segala bentuk serangan siber dan justru menjadi korban dari aksi-aksi peretasan internasional. Hingga berita ini diturunkan, Kedutaan Besar China di Singapura belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi dari Reuters.Infrastruktur Vital Jadi TargetMenurut Badan Siber Singapura (CSA), sektor-sektor infrastruktur penting yang menjadi sasaran potensial serangan meliputi energi, air, perbankan, keuangan, kesehatan, transportasi, pemerintahan, komunikasi, media, serta layanan keamanan dan darurat. Gangguan terhadap sektor-sektor ini bisa berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat dan stabilitas negara.Serangan seperti ini tidak hanya sekadar mengganggu sistem teknologi informasi, tetapi juga membuka celah terhadap pencurian data strategis, sabotase layanan publik, bahkan upaya destabilitasi politik dan ekonomi.Menanggapi serangan ini, Satnam Narang, Peneliti Senior di Tenable, menyampaikan pernyataan penting tentang tantangan yang dihadapi negara-negara dalam menghadapi ancaman dari kelompok Advanced Persistent Threat (APT) seperti UNC3886.“Penemuan kampanye UNC3886 yang menargetkan infrastruktur penting di Singapura menyoroti tantangan luar biasa yang ditimbulkan oleh aktor-aktor ancaman tingkat lanjut,” ujar Satnam. “Kelompok seperti ini bukanlah peretas oportunis biasa. Mereka sabar, adaptif, dan sangat terampil dalam taktik mereka.”Ia menjelaskan bahwa UNC3886 dikenal mengeksploitasi kerentanan zero-day pada platform virtualisasi, firewall, dan router untuk menyusup ke sistem. Setelah berhasil masuk, mereka menanam malware khusus dan rootkit, mencuri kredensial, dan bergerak lateral dalam sistem dengan cara yang nyaris tak terdeteksi.Pemerintah Singapura secara resmi telah menetapkan 11 sektor sebagai bagian dari Infrastruktur Informasi Kritis (Critical Information Infrastructure/CII). Sektor-sektor tersebut mencakup: energi, air, perbankan dan keuangan, kesehatan, transportasi (darat, laut, udara), pemerintahan, informasi dan komunikasi, media, serta layanan keamanan dan darurat.“Dengan teknologi digital yang semakin melekat pada semua aspek kehidupan dan operasional, sangat mungkin sektor-sektor tambahan akan ditetapkan sebagai CII di masa depan,” lanjut Satnam.Gelombang Serangan Siber Meluas di AsiaLaporan Reuters sebelumnya juga mengungkap bahwa industri semikonduktor Taiwan dan sejumlah analis investasi telah menjadi target serangan siber yang diduga dilancarkan oleh kelompok peretas yang berafiliasi dengan China. Serangan ini dinilai sebagai bagian dari kampanye mata-mata siber yang lebih luas di kawasan Asia Timur.Keprihatinan atas meningkatnya serangan siber ini telah mendorong banyak negara untuk memperkuat sistem pertahanan digital mereka. Di Singapura, peristiwa ini bisa menjadi momen kritis untuk meninjau kembali kesiapan sistem keamanan nasional terhadap ancaman yang semakin kompleks dan tidak kasat mata.Serangan dari kelompok seperti UNC3886 menandai babak baru dalam arena konflik global. Kini, peperangan tidak lagi hanya terjadi di darat, laut, atau udara — tetapi juga di dunia maya, tempat data dan sistem kritis menjadi medan pertempuran.