Sejumlah pengunjung bersantai di Taman Langsat di Jakarta Selatan pada Sabtu (12/7). Foto: Abid Raihan/kumparanKomunitas Perpustakaan Jalanan Jakarta menceritakan momen saat kegiatan mereka dihampiri petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di kawasan Taman Literasi Christina Martha Tiahahu, Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (16/7).Dalam keterangan yang diterima kumparan, mereka menjelaskan bahwa interaksi dengan Satpol PP tidak sepenuhnya terekam dalam video yang sempat ramai di media sosial.“Awalnya Bapak itu datang bergerombol sekitar 5 orangan. Meminta kami untuk tutup karena dikira berjualan. Tensi pun cukup meninggi saat itu. Tapi sayang tidak terlihat di video,” ujar pihak Perpustakaan Jalanan Jakarta dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/7). kumparan sudah mendapatkan izin untuk mengutip.Mereka juga menjelaskan bahwa cuplikan yang tersebar hanya memperlihatkan bagian akhir dari interaksi, saat situasi sudah mulai mereda.Aktivitas Perpusatakaan Jalanan Jakarta di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan. Foto: Instagram/ @perpusjalanan.jkt“Cuplikan di video hanya ketika tensi sudah menurun dan Bapak itu pun ditinggalkan seorang diri oleh kawan-kawannya,” lanjut mereka.Komunitas ini mengaku sebenarnya sudah terbiasa dengan kunjungan dari Satpol PP selama menggelar kegiatan baca bersama di ruang terbuka. Biasanya, kunjungan tersebut bersifat komunikatif dan penuh pengertian.“Kami biasa memang didatangi oleh Satpol PP, hanya untuk komunikasi kegiatan apa dan ngapain. Biasanya bahkan Bapak yang lainnya sampai duduk buka-buka buku-buku kami,” kata pihak Perpustakaan Jalanan.Karenanya, mereka cukup terkejut dengan pendekatan yang terjadi hari itu. “Makanya hari itu kami juga sedikit kaget, karena kami pikir kegiatan kami sudah di-notice oleh Satpol PP setiap Rabu dan Minggu sejak Juni lalu,” tambah mereka.Aktivitas Perpusatakaan Jalanan Jakarta di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan. Foto: Instagram/ @perpusjalanan.jktLebih dari sekadar lapak baca, Perpustakaan Jalanan menyebut kegiatan mereka sebagai bentuk nyata dari literasi yang inklusif dan merangkul. Mereka hadir di ruang-ruang terbuka yang mudah diakses siapa pun, termasuk masyarakat marjinal.“Perpustakaan jalanan bukan sekadar tumpukan buku di atas tikar. la adalah bentuk paling sederhana dan paling nyata dari upaya menciptakan ruang bersama. Ruang di mana siapa pun bisa datang, berbagi, dan berbuat sesuatu,” tulis mereka dalam pernyataannya.Mereka menyoroti ironi bahwa taman yang bernama “Taman Literasi” justru terasa asing bagi masyarakat yang paling dekat secara geografis namun terpinggirkan secara sosial.“Bagi mereka, Taman Literasi bukan ruang baca, bukan tempat bermain huruf, bahkan bukan ruang singgah. Ruang yang seharusnya merangkul justru membangun jarak,” tulis mereka.Ilustrasi satpol pp provinsi dki jakarta. Foto: Aditia Noviansyah"Mereka sungkan naik ke atas, ke bagian taman yang rapi dan 'berkelas', tempat orang-orang datang dengan pakaian bersih dan tubuh wangi. Tak ada ruang untuk sandal butut dan baju lusuh di sana,” lanjutnya.Di sinilah, kata mereka, Perpustakaan Jalanan mengambil peran, membuka ruang yang tidak menilai berdasarkan penampilan atau status.“Mereka merasa memiliki ruang ini, karena ruang ini tidak dibangun untuk menilai, tapi untuk mengajak. Tidak untuk memisah, tapi untuk menemani. Perpustakaan jalanan bukan sekadar soal buku. la adalah soal rasa,” katanya.“Soal bagaimana rasa saling peduli bisa hadir lewat halaman-halaman lusuh, lewat cerita yang dibacakan di tengah keramaian, lewat tawa yang muncul saat satu anak mengenali huruf pertamanya. Ini adalah bentuk literasi yang paling jujur, literasi yang tidak dipamerkan, tapi dibagikan,” pungkasnya.Sebelumnya, ramai sebuah video petugas Satpol PP yang menginspeksi kegiatan Perpustakaan Jalanan di kawasan Taman Literasi Christina Martha Tiahahu, Blok M, Jakarta Selatan.Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Satriadi Gunawan saat dijumpai di Monas, Jakpus, Sabtu (5/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparanKepala Satpol PP DKI Jakarta Satriadi Gunawan menegaskan, tidak ada pengusiran atau pembubaran terhadap kegiatan tersebut.“Oh ya, kalau di atas trotoar kan memang mengganggu ya, pengguna jalan, jadi ada hak yang ini gitu kan, kita sih memberikan pemahaman, makanya kan tidak ada tindakan apa-apa kan, kita cuma memberikan penjelasan,” kata Satriadi saat dihubungi kumparan.Perpustakaan Jalanan dengan akun media sosial @perpusjalanan.jkt diketahui rutin membuka lapak baca di ruang terbuka, termasuk di sekitar Taman Literasi.Kepala Satpol PP Jakarta Selatan, Nanto Dwi Subekti, mengatakan pihaknya siap memfasilitasi kegiatan tersebut di Taman Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Menurutnya, area taman itu lebih kondusif untuk aktivitas membaca.“Kami akan memfasilitasi mereka ke dalam area Taman Langsat. Kalau di Taman Langsat ini kan tempatnya adem, nyaman buat membaca dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang lain,” ucapnya.