Sigit Pramono Percaya Jazz Gunung Series Bisa Sama Besar dengan Java Jazz Festival

Wait 5 sec.

Konferensi pers Jazz Gunung Series 1 Bromo (Ivan Two Putra/VOI) JAKARTA - Sigit Pramono sebagai salah satu pendiri Jazz Gunung mengungkap hubungan eratnya dengan Java Jazz Festival, festival musik jazz besar yang digagas oleh Peter F Gontha pada tahun 2005.Saat masih menjabat Dirut BNI, Sigit mengatakan, Peter Gontha datang menghampirinya untuk meminta dukungan.“Waktu itu kita mau rebranding BNI. Di situ, saya menggunakan jazz untuk melakukan perubahan di BNI,” ungkap Sigit saat konferensi pers di Jiwa Jawa Bromo, Probolinggo, Sabtu, 19 Juli.“Setelah tiga tahun sponsori itu, saya kepikiran, masa sih saya enggak bisa bikin festival, makanya lahirlah Jazz Gunung ini,” sambungnya.Saat ini, Sigit punya visi besar untuk Jazz Gunung. Ia meyakini pergelarannya yang sudah berkembang menjadi Jazz Gunung Series, bisa bertransformasi dari “festival UMKM” menjadi festival musik jazz yang lebih besar.“Tetapi saya punya cita-cita mengalahkan Java Jazz juga. Caranya bagaimana? Ya dengan Jazz Gunung Series. Dihitung dari beberapa series ini, kalau ditotal akan sama dengan Java Jazz, tetapi dampak ekonominya itu lebih luas,” ujar Sigit.“Kalau Java Jazz kan hanya di kota metropolitan saja, tapi yang kami lakukan itu bisa ke banyak daerah, ini saja ada Bromo, Ijen, Burangrang, Slamet, tinggal nanti kita ke gunung yang lain,” imbuhnya.Di samping itu, Butet Kartaredjasa yang juga termasuk pendiri Jazz Gunung mengatakan, ide awal yang ia bangun bersama mendiang adiknya, Djaduk Ferianto, sudah begitu besar dan layak untuk dibanggakan.“Konsep awal dulu pas ngobrol sama Djaduk, yang kita ingin dapatkan dari Jazz Gunung itu adalah jazz etnik. Kita ingin kekuatan musik lokal itu sebagai jazz Indonesia,” kata Butet. “Dan sekarang perkembangannya sudah luar biasa.”Sebagai informasi, Jazz Gunung Series 2025 digelar dalam tiga seri di dua tempat. Seri pertama dan kedua digelar di Gunung Bromo, sementara seri ketiga digelar di Gunung Ijen.Bagas Indyatmono selaku CEO Jazz Gunung Indonesia mengatakan, Jazz Gunung Series kedepan akan hadir di lebih banyak tempat dengan konsepnya masing-masing yang memberdayakan potensi lokal.“Tahun depan akan kita jadwalkan, mungkin ada yang satu tahun sekali, ada yang dua tahun sekali. Jadi, kita mau menjadwalkan dengan beberapa festival yang kami kerjakan lainnya. Karena di sisi lain, kita juga punya festival yang namanya enggak pakai IP Jazz Gunung, ada Gaia Music Festival - Jazz in the Valley di Bandung, ada juga Golo Mori Jazz di Pulau Flores. Ya kita harus berbagi lah agar jadwalnya bisa diatur,” pungkas Bagas.