Microsoft Stop Gunakan Insinyur China untuk Dukung Militer AS, Menhan Hegseth Turun Tangan Perintahkan Investigasi!

Wait 5 sec.

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth Ofoto: x @SecDef)JAKARTA – Microsoft mengumumkan keputusan mengejutkan: mereka tidak akan lagi  menggunakan insinyur yang berbasis di China untuk memberikan dukungan teknis kepada militer Amerika Serikat. Langkah drastis ini diambil setelah laporan investigatif dari ProPublica memicu kekhawatiran keamanan nasional. Bahkan laporan ini  mendorong Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, memerintahkan audit penuh selama dua minggu terhadap seluruh kontrak cloud Departemen Pertahanan.Laporan ProPublica mengungkap bahwa Microsoft menggunakan insinyur dari China untuk mengelola sistem komputasi awan militer AS. Meskipun pekerjaan mereka diawasi oleh "pendamping digital" dari AS yang memiliki izin keamanan, banyak dari mereka tidak memiliki keahlian teknis memadai untuk mendeteksi ancaman siber yang mungkin disusupkan.Praktik ini sontak menimbulkan kekhawatiran besar, mengingat Microsoft sendiri pernah diretas oleh kelompok peretas dari China dan Rusia. Meskipun Microsoft mengklaim telah mengungkapkan praktik ini kepada pemerintah saat proses otorisasi, hal itu tak cukup meredam kontroversi yang meledak pekan ini.Juru bicara Microsoft, Frank Shaw, menyatakan melalui platform X (dulu Twitter) bahwa perusahaan telah segera mengubah kebijakan dukungan teknisnya untuk pelanggan pemerintah AS.“Sebagai respons atas kekhawatiran yang muncul minggu ini, kami memastikan tidak ada lagi tim rekayasa berbasis di China yang memberikan dukungan teknis untuk layanan yang digunakan oleh Departemen Pertahanan,” tegas Shaw.Salah satu reaksi paling keras datang dari Senator Tom Cotton, politisi Partai Republik dari Arkansas sekaligus ketua Komite Intelijen dan anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat. Ia langsung mengirim surat resmi ke Menteri Pertahanan Hegseth, menuntut klarifikasi penuh soal kontraktor yang mempekerjakan personel China.“Pemerintah AS menyadari bahwa kapabilitas siber China merupakan salah satu ancaman paling agresif dan berbahaya,” tulis Cotton. “Militer kita harus melindungi rantai pasoknya dari semua potensi infiltrasi, termasuk dari pihak ketiga seperti subkontraktor.”Cotton juga meminta daftar kontraktor yang menggunakan tenaga kerja dari China serta penjelasan bagaimana "pendamping digital" AS dilatih untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan.Menhan AS Bertindak Tegas: “China Out!”Menanggapi eskalasi isu ini, Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengunggah pernyataan tegas melalui video di platform X.“Mulai sekarang, China tidak akan lagi dilibatkan dalam layanan cloud apa pun untuk Departemen Pertahanan,” kata Hegseth. “Kami akan terus memantau dan menangkal setiap ancaman terhadap infrastruktur militer dan jaringan digital kita.”Ia juga memulai audit menyeluruh selama dua minggu guna memastikan tidak ada keterlibatan China di kontrak cloud lainnya.Langkah Microsoft ini menambah daftar panjang ketegangan antara keamanan nasional AS dan keterlibatan tenaga kerja asing, khususnya dari China. Isu ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga geopolitik dan kepercayaan. Satu hal kini pasti: keterlibatan China dalam proyek militer AS telah resmi diputuskan—dan dunia sedang mengawasi.