15 Ton Kopi Kamojang Diekspor Perdana ke Pasar Asia hingga Eropa

Wait 5 sec.

PLTP Kamojang yang dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Foto: Dok PGEPT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) bersama para petani kopi Kamojang mengadakan panen bersama dan ekspor perdana Kopi Geothermal Kamojang di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Lokasi ini berada di sekitar Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang. Biji kopi yang dipanen berasal dari dua varietas arabika unggulan: Andungsari dan USDA.Panen ini merupakan hasil dari penerapan teknologi Geothermal Dry House yang telah dikembangkan PGE bersama para petani sejak tahun 2018. Melalui pengamatan, riset, dan serangkaian uji coba, teknologi ini hadir sebagai solusi atas tantangan geografis wilayah Kamojang. Dengan memanfaatkan uap buangan dari steam trap panas bumi sebagai sumber panas alternatif, Geothermal Dry House mampu mempercepat proses pengeringan kopi secara efisien dan ramah lingkungan. Inovasi ini telah memperoleh hak paten dan menjadi teknologi pertama di dunia yang secara langsung memanfaatkan energi panas bumi dalam pengolahan kopi.Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan ucapan selamat kepada para petani kopi binaan PGE atas ekspor perdana tersebut. Ia mengatakan inovasi jadi kunci bagi perusahaan untuk terus bergerak maju. “Saya melihat PGE dari dulu rohnya luar biasa. Semangat untuk berinovasi itu sudah lama tumbuh di PGE,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah mendorong penuh optimalisasi pemanfaatan panas bumi di Indonesia, termasuk untuk pemanfaatan langsung (direct use). “Untuk pemanfaatan direct use seperti ini sedang kita godok di Peraturan Menteri. Kita dorong penuh agar ini bisa terlaksana dengan tumbuhnya masyarakat kita yang makin tahu dan terlibat panas bumi. Saya pikir juga daerah pasti nanti mendapat keuntungan yang lebih baik lagi,” tambahnya.Pembangkit listrik panas bumi area Kamojang milik Pertamina Geothermal Energy. Foto: Muhammad Darisman/kumparanTeknologi Geothermal Dry House mampu mempercepat proses pengeringan hingga tiga kali lipat, sehingga biaya operasional lebih hemat dan kapasitas produksi meningkat. Hasil akhirnya adalah biji kopi dengan cita rasa lebih kaya dan aroma lebih kuat dibandingkan metode konvensional. Lewat pendekatan ramah lingkungan berbasis energi bersih, kopi Kamojang hadir sebagai produk hijau bernilai tinggi yang siap bersaing di pasar global.Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menyampaikan kegiatan panen bersama ini menjadi wujud nyata bahwa energi panas bumi tidak hanya dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik, tetapi juga mampu menggerakkan roda perekonomian desa serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. “Semangat para petani kopi di Kamojang menjadi inspirasi bagi PGE untuk terus menghadirkan inovasi yang memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat," ujarnya."Kami percaya bahwa pengembangan energi hijau dari panas bumi seharusnya tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan energi nasional, tetapi juga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu, kami berkomitmen membangun ekosistem berkelanjutan yang mendorong terciptanya ekonomi sirkular berbasis energi panas bumi, agar manfaatnya bisa dirasakan secara merata dan berkelanjutan oleh semua pihak,” sambungnya.Saat ini, PGE bermitra dengan 18 kelompok tani dan memberdayakan 312 petani kopi lokal dengan total luas lahan mencapai 80 hektar yang tersebar di sekitar WKP Kamojang, melalui program Geothermal Coffee Process (GCP). Sepanjang tahun 2024, total penjualan mencapai 4,9 ton green beans, 640 kilogram roasted beans, dan 17.500 bungkus ground coffee, dengan omzet sebesar Rp 863,9 juta.Lebih dari itu, panen bersama ini juga menandai ekspor perdana kopi panas bumi dengan total volume ekspor mencapai 15 ton ke kawasan Asia dan Eropa. Langkah ini menjadi bentuk pengakuan internasional atas kualitas kopi Kamojang sekaligus implementasi nyata penerapan ekonomi sirkular berbasis energi bersih.