Xiaomi SU7 memiliki mode assisted-driving (foto: x @autocar)JAKARTA – Pemerintah China akan memperketat regulasi lalu lintas jalan raya dan menetapkan tanggung jawab hukum guna menjamin keselamatan publik, demikian disampaikan oleh Kementerian Keamanan Publik China pada Rabu 23 Juli, menyusul meningkatnya penggunaan teknologi berkendara berbantuan (assisted-driving) pada kendaraan.Langkah ini diambil setelah kecelakaan fatal yang terjadi pada bulan Maret 2025, yang melibatkan mobil sedan Xiaomi SU7 dalam mode assisted-driving beberapa detik sebelum tabrakan.Wang Qiang, pejabat dari Kementerian Keamanan Publik, mengatakan dalam konferensi pers bahwa produsen mobil kini akan diwajibkan melakukan lebih banyak pengujian dan verifikasi terhadap sistem smart-driving mereka. Mereka juga harus secara jelas menyampaikan batas kemampuan teknologi tersebut serta tanggapan keamanan jika terjadi kegagalan.Wang menekankan bahwa sistem smart-driving yang digunakan pada mobil-mobil saat ini belum memiliki kemampuan berkendara otonom penuh, namun tetap dikategorikan sebagai sistem berkendara berbantuan (assisted-driving).Pengemudi tetap menghadapi risiko hukum dan keselamatan jika mereka mengalami kecelakaan saat tangan atau mata mereka tidak fokus ketika fitur tersebut aktif, lanjutnya.China juga akan melarang promosi berlebihan dan klaim palsu terkait fitur assisted-driving dari para produsen otomotif. Hal ini sejalan dengan pernyataan sebelumnya dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi, yang juga mengimbau transparansi dalam promosi teknologi kendaraan pintar.Kementerian Keamanan Publik juga tengah mempertimbangkan perubahan dalam standar ujian mengemudi, agar mencakup pengujian terhadap kemampuan pengemudi dalam menggunakan fitur smart-driving dan assisted-driving secara aman dan bertanggung jawab.Langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah China untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi otomotif tidak mengorbankan keselamatan publik di jalan raya.