Waspada, Produk Kecantikan Ini Dapat Tingkatkan Risiko Asma

Wait 5 sec.

Ilustrasi brush makeup (Pexels/Anderson)JAKARTA - Produk-produk kecantikan seperti makeup sudah menjadi kebutuhan sehari-hari banyak orang, khususnya perempuan. Namun, penggunaan produk kecantikan harus sangat diperhatikan karena ternyata dapat meningkatkan risiko asma, penyakit pernapasan kronis.Hal tersebut terungkap melalui penelitian terbaru oleh US National Heart, Lung, and Blood Institute. Penelitian ini menemukan adanya hubungan potensial antara pemakaian produk makeup hingga kecantikan kuku dengan meningkatnya jumlah kasus asma pada orang dewasa.Dalam studi yang melibatkan hampir 40 ribu perempuan itu, para peneliti mencatat bahwa mereka yang rutin menggunakan kuku palsu, krim kutikula, blush on, dan lipstik memiliki risiko 47 persen lebih tinggi terkena asma.Tak hanya itu, hanya dengan memakai blush on dan lipstik saja lebih dari lima kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko asma hingga 18 persen.Penelitian ini berlangsung selama 12 tahun dan mencakup pemantauan penggunaan 41 jenis produk kecantikan. Di akhir periode tercatat sebanyak 1.774 perempuan, sekitar 4 persen dari total peserta didiagnosis menderita asma.Gejala umum asma yang dialami meliputi batuk, mengi, sesak di dada, dan kesulitan bernapas.“Temuan kami secara tidak langsung menyatakan bahwa produk-produk ini menyebabkan asma. Tetapi menunjukkan bahwa bahan kimia yang umum digunakan dalam produk kecantikan dapat berpengaruh terhadap kesehatan pernapasan,” ungkap tim peneliti, dikutip dari Dailymail, pada Senin, 21 Juli 2025.Beberapa bahan kimia yang dicurigai berperan meningkatkan asma pada produk tersebut antara lain PFAs, paraben, ftalat, dan fenol. Zat-zat ini diketahui mengganggu sistem hormon dalam tubuh dan beberapa di antaranya diyakini melemahkan sistem kekebalan tubuh.Dengan temuan ini, pihak peneliti menegaskan terkait pentingnya regulasi yang tepat terkait produk kecantikan. Kandungan bahan pada produk harus diperiksa dengan teliti agar tidak membahayakan penggunanya.“Temuan ini memperkuat urgensi perlunya regulasi terhadap produk perawatan pribadi serta kandungan bahan-bahannya,” pungkas peneliti.