Bentrokan aparat Israel dengan pemukim Palestina di Jenin Tepi Barat. (Wikimedia Commons/IDF Spokesperson's Unit)JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa hari ini mengungkapkan sedikitnya 2.895 warga Palestina telah mengungsi dari 69 permukiman di Tepi Barat sejak awal 2023.Pengungsian ini disebabkan oleh lingkungan yang koersif, ditandai dengan peningkatan tajam kekerasan pemukim Israel dan pembatasan pergerakan.Menurut pernyataan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Palestina, mayoritas pengungsi berasal dari komunitas pastoral dan Badui, dilansir dari WAFA 21 Juli.OCHA menekankan, meningkatnya aktivitas pemukim telah menciptakan kondisi kehidupan yang tidak dapat ditoleransi, memaksa keluarga-keluarga untuk meninggalkan rumah dan tanah mereka.Dari keluarga-keluarga yang mengungsi, 45 persen berasal dari Kegubernuran Ramallah, mewakili 1.309 individu. Daerah lain yang terdampak parah termasuk Hebron, Betlehem, Nablus, Tubas, Salfit, Yerusalem dan Yerikho.Selain itu, OCHA juga menunjukkan hampir sepertiga dari mereka yang mengungsi pada tahun 2025 sejauh ini berasal dari wilayah Lembah Yordan.Lebih jauh OCHA juga mendokumentasikan lonjakan serangan pemukim antara 8 dan 14 Juli saja, melaporkan setidaknya 30 insiden yang menargetkan warga sipil Palestina, yang mengakibatkan korban jiwa, kerusakan properti, atau keduanya.Sedangkan data dari Komisi Perlawanan Tembok dan Permukiman Otoritas Palestina lebih lanjut mengungkapkan, lebih dari 2.153 serangan pemukim terjadi pada paruh pertama tahun 2025. Insiden-insiden ini mengakibatkan tewasnya empat warga Palestina dan mencakup penggerebekan desa, pembakaran rumah, penembakan, perampasan tanah dan pembangunan pos-pos baru.