Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti. (Foto: ANTARA)JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, Uni Eropa merupakan pasar potensial yang cukup besar bagi Indonesia apabila ingin melakukan shifting perdagangan dari Amerika Serikat setelah adanya kebijakan tarif impor sebesar 19 persen. Esther menyebut ekspor Indonesia ke Uni Eropa pada 2024 mencapai 17,35 miliar dolar AS. Selain itu, komoditas ekspor Indonesia ke wilayah tersebut meliputi minyak nabati/hewani, produk industri kimia, mesin dan perlengkapan, alas kaki/topi, serta produk mineral. "Ini sebenarnya produk-produk yang relatif mirip yang kita kirimkan ke pasar US (United of State/Amerika Serikat). Jadi kalau misalnya pasar US itu buat kita melakukan tarif Trump, maka shifting dari pasar US ke pasar Uni Eropa itu bisa kita lakukan dengan sangat mungkin," ujar Esther dalam Diskusi Publik "Tarif Amerika Turun, Indonesia Bakal Turun?" dipantau secara daring di Jakarta, Senin. Dalam menghadapi tarif yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump, kata Esther, Indonesia harus melakukan ekspansi perdagangan atau diversifikasi pasar, sehingga akan mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja. Selain itu, Indonesia juga perlu melakukan kerja sama ekonomi dengan berbagai negara, serta menciptakan iklim investasi yang kondusif dan memiliki berbagai jenis produk ekspor. Menurut dia, diversifikasi produk dapat membantu menghadapi situasi gonjang-ganjing karena adanya kenaikan tarif dari Amerika Serikat. "Strategi ini juga sudah dilakukan oleh Vietnam, makanya Vietnam itu pada perang dagang pertama tahun 2019 menjadi winner ya, menjadi negara yang paling mendapat keuntungan dari perang dagang pada saat itu," kata Esther. Ia menyampaikan Amerika Serikat merupakan negara mitra dagang terbesar kedua setelah China, yang menjadi tujuan ekspor. Namun, untuk impornya, berada di urutan nomor tiga setelah China dan Jepang. Impor produk dari Amerika Serikat dinilai Esther tidak sebesar dengan China. Menurut Esther, produk China lebih banyak yang beredar di Indonesia dibandingkan dengan Amerika.Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia masih ketergantungan dengan satu negara saja.Karena itu, Esther merekomendasikan agar pemerintah terus melakukan diversifikasi pasar."Sebanyak mungkin kita harus memberikan, menciptakan diversifikasi pasar ekspor, sehingga jika ada sesuatu atau gonjang-ganjing di satu negara, maka di negara yang lain juga kita bisa lakukan ekspor," imbuhnya.