Studi: YouTube dan Facebook Jadi Kunci Strategi Afiliasi di Asia Tenggara

Wait 5 sec.

Ilustrasi (foto: Unsplash)JAKARTA - Platform kemitraan commerce global, impact.com, bersama penyedia intelijen pasar e-commerce Cube, merilis laporan tahunan bertajuk “E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia” edisi 2025.Laporan ini menyoroti peran afiliasi dalam mendorong pertumbuhan commerce influencer di kawasan Asia Tenggara, di tengah meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap konten yang orisinal, bernilai, dan relevan.Berdasarkan survei terhadap lebih dari 2.400 konsumen, kreator, dan pakar industri di Singapura, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina, laporan ini mengungkap tren baru dalam kolaborasi brand dan kreator.Laporan impact.com mengungkapkan bahwa Facebook (91%) dan YouTube (89%) mempertahankan tingkat penggunaan tertinggi untuk keterlibatan dengan konten influencer dan selebritas.“Pemasaran afiliasi menjadi kunci pertumbuhan yang terukur dan berkelanjutan. Data kami menunjukkan bahwa membangun koneksi otentik dengan kreator adalah langkah penting untuk mencapai dampak nyata,” ujar Adam Furness, Managing Director APAC impact.com.Laporan juga mencatat adanya pergeseran motivasi konsumen dalam mengonsumsi konten influencer. Meski hiburan masih menjadi alasan utama (77%), keinginan untuk belajar hal baru naik signifikan, dengan 64% responden menyebut aspek edukasi sebagai alasan utama mereka mengikuti konten kreator.Menariknya, kepercayaan terhadap mega influencer mulai memudar. Hanya 59% responden yang mengaku masih terpengaruh oleh influencer dengan lebih dari 1 juta pengikut — turun 7% dari tahun lalu.Sebaliknya, konten shoppable yang disertai tautan langsung ke produk terbukti lebih efektif dalam mendorong keputusan pembelian, dengan tautan produk dari kreator (31%) dan promosi dari platform (30%) mengungguli promosi tradisional dari brand atau influencer.