Bahaya Gula Berlebih, Ahli IPB Ungkap Cara Sederhana Kendalikan Asupan Manis Anak

Wait 5 sec.

Ilustrasi anak konsumsi makanan manis. (Freepik)JAKARTA - Konsumsi makanan dan minuman manis dalam jumlah berlebihan sudah lama dikaitkan dengan berbagai penyakit serius.Kandungan gula tambahan pada produk kemasan dapat meningkatkan risiko obesitas, kerusakan gigi, diabetes tipe 2, hingga penyakit jantung. Karena itu, pembatasan asupan gula perlu menjadi perhatian bersama, terutama sejak usia dini.Guru besar bidang pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan MS mengatakan bahwa edukasi untuk meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya pembatasan konsumsi makanan dan minuman manis sebaiknya dimulai dari keluarga.Menurut Prof. Ali, dalam hal ini orang tua bisa memulainya dengan memberi tahu anak jenis-jenis makanan yang lebih baik dikurangi atau dibatasi konsumsinya demi kesehatan."Membatasi makanan manis untuk anak-anak itu adalah merupakan tanggung jawab orang tua, oleh karena itu kita edukasi di level tingkat keluarga itu menjadi sangat penting, sehingga anak bisa menentukan sendiri mana makanan yang harus dibeli pada saat jajan dan mana yang tidak," katanya seperti dikutip ANTARA.Dia mengemukakan bahwa orang tua bisa membuat kesepakatan dengan anak mengenai pengaturan waktu makan makanan atau minuman manis. Misalnya, makanan manis hanya boleh dikonsumsi pada akhir pekan atau tiga hari sekali."Jadi senyamannya anak dan senyamannya orang tua di dalam menerapkan, kapan bisa mengkonsumsi makanan manis," katanya.Prof. Ali menambahkan membatasi konsumsi gula memang tidak mudah, sebab makanan dan minuman manis dalam kemasan sangat mudah diakses anak-anak dengan harga yang terjangkau, terutama di sekitar lingkungan sekolah.Meski begitu, ia berharap pemahaman anak mengenai dampak kesehatan akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman manis bisa terus ditingkatkan, sehingga pola konsumsi mereka lebih terkontrol.Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya juga menyampaikan bahwa pemerintah sedang menyiapkan aturan mengenai pencantuman informasi kandungan nutrisi—termasuk gula, garam, dan lemak—pada label produk makanan dan minuman.Prof Ali memahami bahwa proses penerapan aturan tersebut membutuhkan waktu agar industri dapat beradaptasi."Penundaan label dua tahun ke depan itu merupakan bagian dari persiapan industri untuk mungkin menghabiskan sisa-sisa produk yang sudah terlanjur diproduksi atau sudah direncanakan diproduksi, sehingga dalam waktu dua tahun sudah ada persiapan yang lebih baik untuk mereka memasang label gizi pada kemasan produk makanan manis, berlemak, dan mengandung garam," ia menjelaskan.