Rupiah Berpotensi Menguat ke Level Rp16.370 per Dolar AS

Wait 5 sec.

Rupiah dan Dolar AS (Foto: dok. Antara)JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 16 September diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Senin, 15 September, Kurs rupiah spot ditutup melemah 0,25 persen ke level Rp16.416 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,09 persen ke level harga Rp16.405 per dolar AS.Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa data terbaru dari Amerika Serikat memberikan banyak alasan bagi The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya."Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Agustus mengonfirmasi bahwa inflasi utama masih sedikit tinggi, tetapi narasi yang lebih luas menunjukkan ekonomi yang melambat," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 16 September.Ibrahim menyampaikan data ketenagakerjaan juga menunjukkan pelemahan hal ini tercermin dari Nonfarm Payrolls (NFP) pada bulan Agustus nyaris stagnan, sementara data pertumbuhan lapangan kerja sebelumnya direvisi turun secara signifikan.Selain itu, ia menyampaikan klaim pengangguran awal pada minggu terakhir meningkat ke level tertinggi dalam beberapa tahun, dan tekanan harga di tingkat produsen mulai mereda.Secara keseluruhan, ia mengatakan indikator-indikator tersebut meredam kekhawatiran inflasi yang selama ini ditakuti The Fed, sekaligus menyoroti meningkatnya risiko penurunan lapangan kerja.Oleh karena itu, Ibrahim menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed minggu ini hampir dapat dipastikan akan terjadi.Sementara dari dalam negeri, Ibrahim menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat pada kuartal III 2025 imbas faktor belanja pemerintah yang masih rendah.Selain itu, kinerja perdagangan khususnya net ekspor diperkirakan melandai, dan kinerja ekspor memuncak hanya sampai Agustus 2025 karena pengusaha melakukan front loading sebelum penerapan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.Namun, geliat perekonomian akan berbalik arah terjadi pada kuartal IV 2025, optimistis bakal tumbuh sejalan dengan penyerapan insentif maupun stimulus yang digelontorkan pemerintah.Adapun pada kuartal II/2025 lalu, pertumbuhan ekonomi melesat di atas ekspektasi hampir berbagai kalangan yakni hingga 5,12 persen (yoy) di tengah gelombang PHK dan lain-lain. Sebelumnya, pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 mencapai 5,2 persen (yoy).Selain itu, publik tak perlu takut apabila target pertumbuhan tidak tercapai, karena kebijakan fiskal masih bisa menopang percepatan pembangunan, lantaran sisa Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah masih cukup banyak. Hal itu kendati senilai Rp200 triliun sudah dipindahkan dari Bank Indonesia (BI) ke lima himbara. Tujuannya untuk memacu kredit sektor riil.Kemudian, pemerintah sudah menyiapkan paket stimulus, saat ini pemerintah telah menyusun beberapa paket insentif yang akan digelontorkan hingga akhir tahun. Namun, nilainya belum dipastikan.Adapun, beberapa program yang sedang disusun pemerintah untuk memacu perekonomian meliputi perluasan sektor sasaran insentif pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) ditanggung pemerintah (DTP). Insentif pembebasan pajak tersebut saat ini hanya berlaku untuk buruh di sektor padat karya dengan gaji di bawah Rp10 juta per bulan.Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Selasa, 16 September 2025 dalam rentang harga Rp16.370 - Rp16.420 per dolar AS.