China Sebut Investigasi Awal Temukan Indikasi Nvidia Langgar UU Anti-Monopoli

Wait 5 sec.

Nvidia diduga melanggar undang-undang anti-monopoli (foto: x @Yukimushi_m)JAKARTA  – Otoritas pasar China pada Senin 15 September menyatakan bahwa investigasi awal menemukan Nvidia diduga melanggar undang-undang anti-monopoli negara tersebut. Temuan ini menjadi pukulan terbaru bagi raksasa chip asal Amerika Serikat itu, di tengah ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing.Pengumuman dari State Administration for Market Regulation (SAMR) disampaikan bersamaan dengan berlangsungnya perundingan dagang AS-China di Madrid, yang juga membahas isu chip, termasuk produk Nvidia.Menurut analis, langkah ini kemungkinan besar dimaksudkan untuk memberikan leverage politik China. “Kedua belah pihak tampaknya membangun posisi tawar melalui langkah-langkah yang sangat terukur, karena mereka paham besarnya taruhan dalam negosiasi ini,” kata Alfredo Montufar-Helu, Managing Director di firma penasihat strategis GreenPoint.Zhengyuan Bo, partner di lembaga riset Plenum, menilai keputusan awal SAMR merupakan respons terhadap langkah pemerintahan Donald Trump yang baru saja memasukkan 23 perusahaan China ke daftar hitam perdagangan AS. “Ini semacam peringatan: jika AS terus melanjutkan pola kontrol ekspor seperti beberapa tahun terakhir, maka akan ada konsekuensi, dan China siap melukai perusahaan AS,” ujarnya.Temuan SAMR juga berpotensi mempersulit upaya CEO Nvidia, Jensen Huang, yang tahun ini sudah tiga kali mengunjungi China untuk menunjukkan komitmennya menjual chip khusus bagi pasar China. Saham Nvidia sendiri turun 2,1% pada perdagangan pra-pasar Senin.Regulator tidak merinci bentuk pelanggaran, tetapi menyebut bahwa Nvidia diduga melanggar komitmen yang dibuat ketika mengakuisisi Mellanox Technologies pada 2020. Saat itu, Nvidia berjanji tetap memasok akselerator GPU ke pasar China, namun dalam beberapa tahun terakhir penjualan produk-produk tercanggihnya terhenti akibat kontrol ekspor dari AS.Menurut undang-undang anti-monopoli China, perusahaan dapat dikenai denda sebesar 1% hingga 10% dari total penjualan tahunan sebelumnya. Berdasarkan laporan keuangan terakhir, Nvidia meraup pendapatan sekitar 17 miliar dolar AS (Rp277,6 triliun) dari China pada tahun fiskal yang berakhir 26 Januari, setara dengan 13% dari total penjualannya.Lian Jye Su, analis utama di konsultan Omdia, menilai dampak dari keputusan SAMR masih belum jelas. Namun, salah satu skenario adalah Nvidia diwajibkan menjual chip di China tanpa teknologi Mellanox. “Selama tidak ada larangan total atas penjualan GPU Nvidia, permintaan di China tetap akan ada,” katanya.China saat ini gencar mendorong kemandirian sektor teknologi agar tidak bergantung pada chip AS. Otoritas bahkan telah memanggil perusahaan besar seperti Tencent dan ByteDance terkait pembelian chip Nvidia H20, sekaligus meminta klarifikasi soal potensi risiko keamanan data.Meski demikian, Bo menekankan bahwa keputusan SAMR tidak serta-merta berarti China berusaha mengusir Nvidia. “Langkah ini lebih kepada memperkuat posisi tawar, sementara ancaman sesungguhnya bagi Nvidia adalah upaya China mengembangkan chip AI domestik sebagai pengganti,” ujarnya,