Suasana pelatihan terakhir bagi relawan Global Sumud Flotilla di Tunisia yang akan berlayar ke Gaza. Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparanKapal-kapal Global Sumud Flotilla (GSF) akhirnya berlayar bertahap menuju Gaza dari sejumlah pelabuhan di Tunisia. Kapal-kapal ini berangkat dari Sidi Bou Said, Gammarth, dan Bizerta. Selain dari Tunisia, kapal-kapal GSF dan lima kapal Indonesia juga berangkat dari Italia dan Yunani. Salah satu anggota Steering Committe (SC) GSF, Muhammad Nadir al-Nuri, mengatakan pihaknya sengaja memberangkatkan kapal secara bertahap untuk mempermudah pelayaran."Keseluruhan kapal yang akan berlayar dari berbagai pelabuhan di Tunisia ini sebanyak 13 kapal. Kapal-kapal yang berisi delegasi dari berbagai negara ini akan berlayar secara bertahap hingga semua kapal meninggalkan Tunisia," jelas Nadir di Pelabuhan Sidi Bou Said, Senin (15/9).Tapi, ada catatan dari pemerintah Tunisa untuk Nadir; kapal harus berangkat diam-diam agar tak menimbulkan keramaian dan kegaduhan. Sebab, pada Rabu (10/9), ada ratusan ribu bahkan jutaan warga Tunisia, memadati pelabuhan Sidi Bou Said untuk melepas keberangkatan para relawan GSF.Nadir juga kembali menegaskan soal ketidakhadiran delegasi Indonesia dalam misi GSF kali ini. Hal ini, menurutnya, akibat sejumlah kendala yang terjadi. Misalnya, banyak kapal yang rusak setelah menempuh pelayaran dari Spanyol. Selain itu, masalah cuaca dan kendala teknis lainnya. Delegasi-delegasi dari negara lain sangat menghargai keputusan Indonesia yang merelakan kuotanya untuk digunakan oleh mereka.Kapal berbendera Palestina yang besandar di pelabuhan Sido Bou Said, Tunisia Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparan"Keputusan Indonesia menarik diri dari misi ini adalah langkah strategis," ujar Nadir. "Sebab dalam misi ini, tak semua orang bisa naik kapal karena satu dan lain hal," sambungnya. Memandang Tinggi IndonesiaPartisipasi Indonesia dalam GSF ini dipandang tinggi oleh negara-negara peserta. Sebab, Indonesia telah berbuat banyak untuk misi ini. Mulai dari menyumbang kapal hingga memberikan bantuan-bantuan lain kepada delegasi-delegasi dari berbagai negara."Indonesia dipandang tinggi oleh semua anggota SC. Pada saat yang sama, misi yang kita jalankan ini adalah untuk memberikan tekanan kepada negara-negara yang tidak mendukung Palestina dan cenderung berpihak pada Zionis Israel," tegas Nadir."Karena itu peluang ini kami berikan kepada delegasi-delegasi dari Eropa, di mana dengan kehadiran mereka di atas kapal akan memberikan tekanan kepada negara masing-masing agar melindungi warga negaranya," ia menambahkan.Nadir juga menampik jika pihak GSF sengaja mengulur-ulur waktu keberangkatan kapal. Terkait perizinan dari otoritas Tunisia, kata dia, semua sudah diselesaikan dengan baik."Kita melihat seolah-olah ada cobaan untuk melambatkan perjalanan kita, contohnya ada kendala di Bizerte. Tapi insya Allah kendala ini telah kita atasi, dan perjalanan terakhir ke Bumi Gaza telah kita bulatkan," tutupnya.