Ilustrasi menuangkan pemanis ke minuman (Pexels/Towfiqu barbhuiya)JAKARTA - Sebagian besar orang tidak bisa dilepaskan dari mengonsumsi pemanis buatan dalam kehidupan sehari-hari. Meski demikian, perlu adanya kesadaran diri untuk membatasi konsumsi pemanis buatan, karena bisa berdampak negatif pada otak.Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang mengonsumsi pemanis buatan dengan jumlah setara dengan satu diet soda per hari, mengalami penurunan signifikan dalam kemampuan mereka untuk mengingat dan mengulang kata-kata.Penurunan fungsi otak pada orang yang konsumsi pemanis buatan berlebih disebut mencapai 62 persen. Ini setara dengan penuaan otak selama 1,6 tahun.“Orang yang mengonsumsi pemanis rendah kalori atau tanpa kalori dalam jumlah terbanyak mengalami penurunan kognitif global 62 persen lebih cepat dibandingkan mereka yang mengonsumsi jumlah terendah, setara dengan 1,6 tahun penuaan otak,” jelas penulis utama studi, Dr. Claudie Kimie, dikutip dari Medical News Today, pada Kamis, 11 September 2025.Studi tersebut melibatkan 12,772 orang dewasa yang berusia 35 sampai 75 tahun, yang turut serta dalam Brazilian Longitudinal Study of Adult Health Brazilian (Studi Longitudinal Kesehatan Orang Dewasa Brasil).Para peserta menjalani tes kognitif standar setiap empat tahun selama tiga gelombang studi, yakni 2008-2010, 2012-2014, dan 2017-2019. Kemudian mereka diminta mengisi kuesioner frekuensi konsumsi makanan.Tujuannya untuk menghitung konsumsi gabungan dan individu dari beberapa pemanis rendah kalori dan tanpa kalori. Termasuk pemanis buatan aspartam, sakarin, dan acesulfame-K; pemanis alkohol gula erthritol, sorbitol, dan xylitol, serta tagatose.Peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah pemanis buatan yang dikonsumsi. Hasilnya tingkat tertinggi konsumsi pemanis buatan dalam studi adalah rata-rata 191 miligram atau sekitar satu sendok teh per harinya.Jumlah tersebut hampir sama dengan satu kaleng diet soda yang diberi aspartam, yang mengandung 200 sampai 300 miligram pemanis buatan. Jika dilakukan dalam jangka panjang, dikhawatirkan berefek negatif pada kesehatan otak.