Wall Street Bervariasi, Data Inflasi Perkuat Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed

Wait 5 sec.

Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFPBursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (10/9), yang didorong oleh lonjakan saham Oracle serta data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan. Hal tersebut memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pekan depan.Mengutip Reuters, indeks S&P 500 naik 0,30 persen menutup sesi perdagangan di level 6.532,04 poin, sekaligus mencetak rekor untuk hari kedua berturut-turut. Nasdaq menguat tipis 0,03 persen ke 21.886,06 poin, menandai rekor penutupan tertinggi tiga hari beruntun. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average melemah 0,48 persen ke posisi 45.490,92 poin.Saham Oracle melesat 36 persen, mencatat kenaikan harian terbesar sejak 1992 setelah perusahaan teknologi tersebut melaporkan lonjakan permintaan layanan cloud dari perusahaan kecerdasan buatan (AI). Kapitalisasi pasar Oracle kini mencapai USD 922 miliar, melampaui nilai pasar Eli Lilly, JPMorgan Chase, dan Walmart, serta mendekati Tesla yang bernilai USD 1,12 triliun.Saham terkait AI juga ikut menguat, dengan Nvidia naik 3,8 persen, Broadcom melonjak 10 persen, dan Advanced Micro Devices meningkat 2,4 persen. Indeks chip PHLX naik 2,3 persen ke rekor tertinggi. Saham pemasok listrik pusat data juga terdorong naik, seperti Constellation Energy, Vistra, dan GE Vernova yang masing-masing menguat lebih dari 6 persen. Sebaliknya, saham Apple yang dinilai tertinggal dalam persaingan menguasai AI justru turun 3,2 persen, memperpanjang penurunan selama empat hari berturut-turut.Apple iPhone 17 dipamerkan selama acara Awe-Dropping Apple di Steve Jobs Theater di kampus Apple Park di Cupertino, California, AS, Selasa (9/9/2025). Foto: Nio Coury/AFPRilis data harga produsen (PPI) yang lebih rendah dari perkiraan turut memberi dorongan, karena memperkuat keyakinan pasar terhadap pemangkasan suku bunga tahun ini. Data pasar tenaga kerja terbaru juga menegaskan bahwa pasar kerja AS tengah melambat.Berdasarkan alat pemantau CME FedWatch, pelaku pasar sepenuhnya memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sedikitnya 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan pekan depan, dengan peluang 10 persen untuk pemangkasan sebesar 50 basis poin.“Fundamental pasar saham domestik masih sangat kuat. Namun, kita juga harus mengakui valuasi saat ini sudah cukup tinggi sehingga menjadi faktor alami yang menahan laju kenaikan,” kata Senior Investment Director di U.S. Bank Wealth Management, Bill Northey.Dari 11 sektor utama di S&P 500, enam di antaranya melemah, dipimpin sektor konsumsi non-pokok yang turun 1,58 persen, disusul konsumsi pokok yang terkoreksi 1,06 persen. Fokus investor kini tertuju pada data harga konsumen (CPI) yang akan dirilis Kamis (11/9), untuk melihat arah inflasi AS ke depan.“Menggabungkan data PPI yang lebih lunak, penekanan Fed yang makin besar pada sisi pasar tenaga kerja, serta tren revisi turun dalam data ketenagakerjaan bulanan, semuanya mendukung ekspektasi pemangkasan suku bunga,” ujar CIO GammaRoad Capital Partners, Jordan Rizzuto.Dalam perkembangan politik, seorang hakim federal pada Selasa (9/9) memutuskan untuk sementara menghalangi Presiden AS Donald Trump mencopot Gubernur The Fed Lisa Cook.Sementara itu, Barclays dan Deutsche Bank menaikkan target akhir tahun untuk S&P 500, dengan alasan prospek laba korporasi yang lebih kuat, pertumbuhan ekonomi AS yang tangguh, dan optimisme seputar kecerdasan buatan.Di sisi lain, saham Synopsys anjlok 36 persen, mencatat penurunan harian terbesar sepanjang sejarah setelah perusahaan perangkat lunak desain chip itu gagal memenuhi ekspektasi pendapatan kuartalan. Rivalnya, Cadence Design Systems, juga jatuh 6,4 persen.Volume transaksi di bursa AS terbilang padat, dengan 17,2 miliar saham berpindah tangan, lebih tinggi dibanding rata-rata 16 miliar saham dalam 20 sesi sebelumnya.