Mesir Minta AS Jamin Israel Tidak akan Menyerang Pemimpin Hamas di Luar Negeri

Wait 5 sec.

Ilustrasi Hamas. (Wikimedia Commons/Hoheit (¿!))JAKARTA - Mesir meminta jaminan dari Amerika Serikat, Israel tidak akan menyerang pemimpin kelompok militan Palestina Hamas yang berada di luar negeri, menurut beberapa sumber.Permintaan Mesir ini muncul setelah serangan Israel pada Hari Selasa yang ditujukan kepada para pemimpin Hamas di Doha, Qatar, yang merupakan sekutu dekat Washington sekaligus lokasi pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah.Mesir, Qatar dan Turki dalam beberapa hari terakhir telah membahas cara-cara terbaik untuk memberikan perlindungan bagi para pemimpin Hamas yang diasingkan dari kemungkinan serangan Israel, kata sumber-sumber tersebut.Diskusi ini dipicu oleh informasi intelijen yang sampai ke tiga negara itu, Israel berencana untuk menyerang tokoh-tokoh senior Hamas di dalam dan di luar Gaza sebagai bagian dari tujuan perangnya untuk memusnahkan kelompok tersebut.Sebagai bagian dari perundingan tersebut, Mesir mempertimbangkan untuk menyediakan rumah bagi tiga atau empat pemimpin tertinggi kelompok Hamas yang terlibat dalam negosiasi tidak langsung dengan Israel untuk mengakhiri perang Gaza.Di antara nama-nama yang diusulkan untuk kemungkinan relokasi ke Kairo adalah pejabat senior Zaher Jabareen, Nazar Awadallah, dan Hossam Badran."Tujuannya adalah untuk mengamankan negosiasi di saat Israel mengirimkan pesan yang jelas kepada semua orang bahwa tidak ada seorang pun di dunia Arab yang dapat menghentikannya melakukan apa pun yang diinginkannya," kata salah satu sumber kepada The National seperti dikutip 11 September."Israel memberi tahu semua orang bahwa tidak ada batasan untuk apa yang bisa dilakukannya," lanjutnya.Belum ada tanggapan dari Washington atas permintaan Mesir tersebut, tetapi menurut sumber-sumber tersebut, permohonan Mesir tersebut berpeluang besar mendapat tanggapan positif dari pemerintahan Presiden Donald Trump.Gedung Putih mengatakan pada Selasa malam, Presiden Trump tidak senang dengan keputusan Israel untuk menyerang para pemimpin Hamas yang diasingkan di Qatar."Saya tidak senang dengan seluruh situasi ini," kata Presiden Trump kepada para wartawan secara terpisah."Kami ingin para sandera (Israel) kembali, tetapi kami tidak senang dengan bagaimana kejadian hari ini," tambahnya.Hamas mengatakan enam orang tewas dalam serangan itu, termasuk putra dan ajudan kepala negosiator kelompok itu, Khalil Al Hayya. Namun, para pemimpin seniornya selamat.Sumber-sumber tersebut mengatakan beberapa pemimpin Hamas mungkin terluka dalam serangan itu, tetapi tidak ada yang terluka parah.Diketahui, Mesir, Qatar dan AS, telah mencoba, namun gagal, untuk menengahi gencatan senjata di Gaza sejak gencatan senjata terakhir gagal pada bulan Maret. Ini adalah jeda kedua dalam perang yang dimulai pada Oktober 2023."Negosiasi Gaza telah dibekukan," kata seorang pejabat yang terlibat langsung dalam negosiasi tersebut pada Hari Rabu."Saat ini tidak ada prospek untuk dilanjutkan," tambahnya.Usulan terbaru untuk mengakhiri perang datang dari Trump. Rencananya menyerukan Hamas untuk membebaskan semua sandera – 20 di antaranya diyakini masih hidup dan sekitar 28 adalah jenazah yang ditahan di Gaza – pada hari pertama gencatan senjata.Ia juga ingin Hamas menyerahkan senjata dan jaringan terowongan bawah tanahnya serta menghentikan perekrutan pejuang baru, menurut sumber tersebut.Sementara, Hamas mengatakan tidak akan menyerahkan senjatanya sebelum Israel menarik diri dari Gaza, tempat lebih dari 64.650 warga Palestina tewas dalam perang Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.