Penelitian Ungkap Gangguan Jiwa Bisa Menular ke Pasangan

Wait 5 sec.

Ilustrasi pasangan (Pexels/Katerina Holmes)JAKARTA - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa gangguan jiwa dapat menular antar pasangan. Penelitian tersebut menganalisis 6 juta pasangan di Taiwan, Denmark, dan Swedia.Peneliti menemukan seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gangguan jiwa yang sama dengan pasangan. Gangguan jiwa yang dimaksud mencakup skizofrenia, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), depresi, autisme, kecemasan, bipolar, OCD, hingga anoreksia nervosa.“Kami menemukan bahwa sebagian besar gangguan kejiwaan memiliki kolerasi pasangan yang konsisten lintas negara dan lintas generasi, yang menunjukkan pentingnya hal ini dalam dinamika populasi gangguan kejiwaan,” tulis peneliti dalam hasil penelitian, dikutip dari Science Alert, pada Senin, 15 September 2025.Peneliti menyebut bahwa hal tersebut sebagai fenomena spousal correlation atau korelasi pasangan. Fenomena ini sebelumnya ditemukan korelasi tertingginya pada agama, pandangan politik, tingkat pendidikan, serta kebiasaan menggunakan zat.Menurut peneliti, terdapat tiga faktor yang menyebabkab penularan gangguan jiwa pada pasangan. Mulai dari manusia cenderung memilih pasangan yang mirip, manusia memilih pasangan di lingkungan atau lingkaran terbatas, dan pasangan yang hidup bersama dalam waktu lama cenderung semakin mirip.“Seperti yang ditunjukkan hasil kami, kemiripan pasangan dalam dan antar-pasangan gangguan kejiwaan konsisten di berbagai negara dna bertahan lintas generasi, menunjukkan fenomena universal,” jelasnya.Namun, terdapat sejumlah keterbatasan dalam penelitian tersebut. Misalnya, penelitian itu tidak membedakan pasangan yang bertemu sebelum atau setelah diagnosis.Meski demikian, pola yang terlihat cukup kuat sehingga tetap bermaksa bagi kajian kesehatan mental. Penelitian juga dinilai bermanfaat untuk semakin mengembangkan studi tentang gangguan kejiwaan.“Mengingat begitu meluasnya korelasi pasangan, penting untuk mempertimbangkan pola pasangan yang tidak acak ketika merancang studi genetika tentang gangguan kejiwaan,” pungkasnya.