Truk Mercedes-Benz Axor 1626 C menggunakan MTU Karoseri di pameran Indonesia Energy & Engineering (IEE) 2025, Kemayoran Jakarta. Foto: Sena Pratama/kumparanAktivitas impor truk asal China beberapa tahun terakhir dipandang mengkhawatirkan oleh sejumlah pelaku karoseri lokal. Salah satunya diutarakan oleh Sales and Marketing Department Head Metalindo Teknik Utama (MTU) Karoseri, Sandy Riadi."Soal impor ini sebenarnya masih menjadi masalah bersama teman-teman karoseri dan mungkin juga APM (Agen Pemegang Merek). Truk impor itu pertama belum ada regulasi soal on road, makanya kebanyakan bermain off road," buka Sandy ditemui kumparan di Kemayoran, Jakarta (12/9).Segmen off road yang dimaksud adalah kendaraan komersial untuk wilayah operasional tertutup seperti area pertambangan atau sejenisnya. Sandy menilai, belum adanya regulasi yang sama ketat untuk segmen on road membuat truk impor bisa bebas masuk."Sementara untuk off road itu belum ada regulasi yang menekan dan mengatur perihal TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri). Pasar kendaraan on road masih bisa kita ambil beberapa bagian pekerjaan, contoh pembuatan bak atau dump truck," jelasnya.Lini truk Mercedes-Benz yang dibawa PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) di pameran Indonesia Energy & Engineering (IEE) 2025, Kemayoran Jakarta. Foto: Sena Pratama/kumparanDirinya menekankan, permasalahan bukan pada soal merek China. Melainkan harapan adanya kemauan investasi dan kolaborasi dengan karoseri lokal untuk menumbuhkan industri atau manufaktur otomotif dalam negeri. "Kalau misalnya unit Jepang atau Eropa kebanyakan masih pakai chassis only, jadi masih bisa bekerja sama dengan karoseri lokal. Sementara yang dari China ini atau dari Thailand dan Vietnam itu biasanya sudah datang dengan karoserinya," kata Sandy.Sandy khawatir dampak berkepanjangan jika aktivitas impor truk dalam jumlah banyak itu terus berlangsung akan berpengaruh besar terhadap penjualan kendaraan komersial merek lain yang sudah memiliki distributor resmi di Indonesia."Kalau permintaan atau penjualan teman-teman APM turun, otomatis berdampak kepada karoseri yang sudah menjalin kemitraan. Sebenarnya yang kita butuhkan adalah regulasi terkait mining transport karena kalau sudah ada regulasinya kita sebagai pelaku karoseri jadinya lega. Artinya kan bisa akomodir banyaknya permintaan dari produk China itu dan bisa gandeng karoseri lokal," paparnya.Seorang pekerja mengoperasikan wheel loader untuk menurunkan tumpukan batu bara mentah ke dalam truk yang digali dari tambang terbuka di pinggiran Dhanbad, negara bagian Jharkhand, India, pada 13 Agustus 2025. Foto: Vishal kumar singh / AFP"Mereka merek China itu sudah masuk sejak 2022, nah kita sudah coba sampaikan untuk stop penggunaan unit impor China. Jadi dukung industri lokal juga, memang ini juga ke pelaku usaha ya karena mereka impor itu mungkin lebih murah dibanding beli di sini," terang Sandy.Diakui Sandy, MTU Karoseri yang juga bermain pada produk transportasi pertambangan itu dikatakannya mengalami kendala penjualan setidaknya dua tahun terakhir. Membuat perusahaan merambah segmen pasar lainnya."Untuk karoseri iya, kita tahun lalu saja untuk dapat target (penjualan) 50 persen saja susah. Misalnya kita achievment 80 unit, tetapi cuma mampu dapat 20-an atau 30 unit, kita terbantu pengerjaan di luar unit jadinya portable seperti trailer untuk tahun ini," ucapnya.