Pilu 2 Anak di Surabaya: Sering Disiksa Ayah yang Depresi, Ibunya Kabur

Wait 5 sec.

DP3APPKB Surabaya mengevakuasi dua bocah berinisial A (4 tahun) dan B (7 tahun) yang diduga mendapat kekerasan serta eksploitasi oleh ayahnya, BS, di rumahnya di Kutisari Selatan, Surabaya. Foto: Dok. DP3APPKB Surabaya Pemerintah Kota Surabaya mengevakuasi 2 anak diduga mendapat kekerasan oleh ayahnya sendiri. Bahkan, kedua anaknya itu dimanfaatkan ayahnya untuk mendapat bantuan karena sakit.Keduanya yakni anak perempuan berinisial A (4 tahun) dan laki-laki berinisial B (7 tahun). Sedangkan, ayahnya berinisial BS menderita sakit lumpuh.Mereka tinggal di sebuah rumah di kawasan Kutisari Selatan Gang 2, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya.Semesta, istri BS dan anak pertamanya yang berusia 18 telah meninggalkan rumah karena diduga mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)."Anak dua ini tinggal bersama Bapaknya. Bapaknya ini kondisi sakit. Bukan lumpuh yang lumpuh tidak bisa beraktifitas sama sekali itu enggak, cuman memang untuk jalan kesulitan jadi jalan yang ngesot. Jadi si anak-anak ini malah di eksploitasi (oleh ayahnya) untuk bisa dapat bantuan," kata Kepala DP3APPKB Surabaya, Ida Widaya saat dikonfirmasi, Jumat (12/9)."Istrinya kabur sudah lama kemudian anak yang pertama, yang perempuan itu juga kabur karena di KDRT juga oleh bapaknya, si anak ini kaburnya itu ke gereja. Kemudian sekarang tinggal di Panti," tambahnya.DP3APPKB Surabaya mengevakuasi dua bocah berinisial A (4 tahun) dan B (7 tahun) yang diduga mendapat kekerasan serta eksploitasi oleh ayahnya, BS, di rumahnya di Kutisari Selatan, Surabaya. Foto: Dok. DP3APPKB Surabaya Berawal dari laporan wargaIda mengatakan, kasus ini terungkap bermula pihaknya mendapat laporan dari warga ada keluarga yang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan.Pihaknya kemudian mendatangi rumahnya pada Kamis (11/9). Ia melihat kondisi kedua anak itu cukup menyedihkan. Ada bekas luka di mata B diduga akibat pukulan dari ayahnya."Ya anak ini kan enggak disekolahkan, kemudian enggak berinteraksi dengan banyak orang. Biar melas gitu loh, jadi hidupnya memang dari bantuan kan, utamanya dari pihak gereja. Nah kalau sudah anak kecil yang dengan kondisi mengenaskan begitu kan pasti bantuannya lebih banyak," ucapnya."Secara fisik itu juga tumbuhnya anak seumurannya itu harusnya enggak begitu. Secara fisik melas, kasihan banget. Kemarin konsul, kami mencoba kembali katanya (luka di mata kiri B akibat) jatuh di kamar mandi. Tapi kami curiganya itu juga KDRT dari bapaknya," lanjutnya.Ilustrasi penderita sakit jiwa. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparanAyah depresiIa menyampaikan, kondisi BS juga terlihat seperti depresi. Akhirnya, DP3APPKB Surabaya mengevakuasi mereka semua. Pemkot Surabaya juga berencana akan menyekolahkan anak-anak tersebut."Jadi kita ambil dan bapaknya kita evakuasi juga untuk dirawatkan (ke RS Menur Surabaya), anaknya kita gabungkan dengan kakaknya ( yang tinggal di panti gereja) untuk bisa jadi satu dan kita masih berupaya untuk cari ibunya. Yang pertama itu dikejar paket C setara SMA, karena dia sudah lulus SMP nggak melanjutkan lagi. Terus yang kedua ini (B) harus masuk SD, kemudian yang kecil itu (A) nanti di PAUD," ujarnya.Kepala Puskesmaa Tenggilis dr Heni Agustina membenarkan A dan B mendapat kekerasan dari BS. Berdasarkan pemantauan kesehatan BS pada Senin (8/9), ternyata mendapati lebam dan luka pada mata anak B. BS pun mengakui bila telah memukul anak keduanya mengginakan rotan."Saya tanya, 'Pak, sebenarnya matanya berdarah ini itu kenapa? Kok sampai seperti itu? Kan kalau infeksi biasa enggak mungkin'. Terus dia cerita, 'Iya Bu, saya terus-terang memang beberapa hari yang lalu itu Saya emosi, saya marah, akhirnya saya lempar pakai rotan kena matanya dia'. Tapi kalau misalnya dilempar dari jarak jauh kan enggak mungkin seperti itu ya. Mungkin ngelemparnya atau memukulnya dari jarak dekat itu," jelas dr Heni.Ilustrasi foto wanita menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Foto: Tinnakorn jorruang/ShutterstockSering KDRTKetua RT 01 setempat, Sunoko menceritakan, bahwa BS sering melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Bahkan istrinya melarikan diri sepekan setelah melahirkan A, anak terakhirnya.Selain istri, anak pertama BS berinsial BE (16) juga melarikan diri 6 bulan lalu ke panti asuhan di bawah naungan gereja. Anak pertama BS sempat mengadu ke warga bahwa tidak tahan mendapat kekerasan dari ayahnya."(Kaburnya BE) atas sepengetahuan (warga) cuma kan kita itu kan ya menolong gimana supaya orang tuanya itu tidak mengetahui," ceritanya.Ilustrasi kriminal kekerasan anak. Foto: M Zulva E/kumparanAnak sering dianiaya Ayahdr Heni Agustina membenarkan dua bocah itu mendapat kekerasan dari ayahnya.Dari pemeriksaan kesehatannya, mata B terdapat luka lebam. BS juga mengakui bahwa telah memukul anaknya itu menggunakan rotan."Saya tanya, 'Pak, sebenarnya matanya berdarah ini itu kenapa? Kok sampai seperti itu? Kan kalau infeksi biasa enggak mungkin'. Terus dia cerita, 'Iya Bu, saya terus-terang memang beberapa hari yang lalu itu saya emosi, saya marah, akhirnya saya lempar pakai rotan kena matanya dia'. Tapi kalau misalnya dilempar dari jarak jauh kan enggak mungkin seperti itu ya. Mungkin ngelemparnya atau memukulnya dari jarak dekat itu," kata Heni.Terpisah, Sunoko, menyampaikan BS memang sering melakukan KDRT. Hingga, istrinya melarikan diri sepekan setelah melahirkan A.Selain itu, anak pertamanya juga melarikan diri ke panti asuhan gereja 6 bulan lalu. Anak pertamanya itu sempat mengadu ke warga karena tak tahan kelakuan ayahnya."(Kaburnya anak pertama) atas sepengetahuan (warga) cuma kan kita itu kan ya menolong gimana supaya orang tuanya itu tidak mengetahui," ujarnya.