Indonesia Turun ke Peringkat 7 Adopsi Kripto Dunia, Apa Penyebabnya?

Wait 5 sec.

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)JAKARTA - Laporan terbaru Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 menunjukkan bahwa Indonesia berada posisi ke-7 dunia dalam adopsi kripto. Turun dari peringkat ke-3 pada tahun lalu.Menurut Tokocrypto, salah satu alasan penurunan ini adalah, karena Chainalysis tahun ini menambahkan sub-indeks baru yang mengukur aktivitas institusional, khususnya transaksi bernilai di atas 1 juta dolar AS (Rp16,4 miliar).Negara-negara dengan ekosistem finansial matang seperti AS, India, dan Brasil mendapat dorongan kuat dari partisipasi institusi besar, termasuk hadirnya produk ETF Bitcoin spot.Sebaliknya, Indonesia masih lebih kuat di segmen ritel dan DeFi, yang justru bobotnya kini dipangkas dari metodologi. Akibatnya, kontribusi Indonesia terlihat lebih kecil meski aktivitas ritel dan DeFi sebenarnya masih masif.Menanggapi laporan ini, CEO Tokocrypto, Calvin Kizana menilai penurunan peringkat bukan berarti minat masyarakat terhadap kripto melemah, melainkan menunjukkan bahwa lanskap global semakin kompetitif.Menurutnya, dengan populasi masyarakat yang besar, penetrasi digital tinggi, dan minat generasi muda pada aset digital, menjadikan Indonesia salah satu pasar paling potensial di dunia.“Peringkat ini adalah pengingat bahwa kita harus bergerak lebih cepat dalam memperkuat sisi institusional agar bisa melengkapi kekuatan ritel yang sudah mapan,” ujar Calvin dalam pernyataannya dikutip Minggu, 14 September.Lebih jauh, Calvin menyebut ada dua jalur strategis agar Indonesia bisa memperbaiki posisinya dalam indeks global. Pertama, perlunya meningkatkan partisipasi institusi di spot market domestik agar volume transaksi besar bisa lebih tercatat.“Kedua, kita harus mendorong hadirnya produk ETF kripto lokal supaya investor institusional memiliki jalur investasi yang aman, transparan, dan legal,” tambahnya.Tidak lupa, Calvin juga menekankan pentingnya sinergi antara regulator, industri, dan masyarakat.