Bangun Asa Baru di Pulau Obi: Berdaya Lewat Pertanian dan Perikanan

Wait 5 sec.

Masyarakat Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, kini semakin berdaya. Mereka yang berprofesi sebagai petani dan nelayan tak hanya mampu meningkatkan hasil panen dan tangkapan, tetapi juga bisa menekan biaya produksi serta menjaga kualitas pangan yang dipasarkan.Di sebuah kebun hijau di Desa Akegula, Bambang Pujiyanto tersenyum lega. Ketua Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor itu tak lagi pusing membeli pupuk kimia yang harganya kian melambung.Ketua Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor, Bambang Pujiyanto, turut mendapat pendampingan program CSR Harita Nickel di bidang pertanian memperlihatkan pare hasil produksi kebun kelompok taninya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparanIa dan rekan-rekannya kini mampu membuat kompos dan insektisida alami sendiri. “Biaya bisa ditekan, hasil panen juga lebih sehat,” ujarnya kepada kumparan di kebun kelompok taninya, beberapa waktu lalu.Kebiasaan baru lain pun terbentuk: Bambang dan petani di kelompoknya mampu memproduksi sayuran dan buah sesuai standar mutu untuk dipasarkan ke warga maupun perusahaan yang membutuhkan pasokan pangan berkualitas.Pria asal Jawa ini sudah lama menetap di Pulau Obi, namun ia merasa kondisi pertanian di sini berbeda jauh dengan kondisi di Jawa, khususnya terkait kesuburan tanah.Ia tahu betul kondisi masyarakat Pulau Obi, seperti daerah di Indonesia timur pada umumnya, selama ini bergantung pada perkebunan pala dan cengkeh, sementara harga jual komoditas itu kian menurun.Ketua Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor, Bambang Pujiyanto. Foto: Jamal Ramadhan/kumparanLewat Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor, Bambang terus memberi sosialisasi dan pelatihan bercocok tanam sayur dan buah yang baik dan benar, agar perekonomian masyarakat meningkat.Asa Bambang ini didukung penuh Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi berkelanjutan, lewat program CSR dengan memberdayakan petani dan nelayan.Harita Nickel memberi pendampingan mulai dari rencana tanam, pemilihan jenis tanaman, proses penanaman, perawatan tanaman dan penanganan hama maupun pembuatan pupuk kompos, hingga proses panen dan pemasaran."Yang tadinya saya beli pupuk kimia itu harganya mahal karena sudah diajari bikin kompos. Makanya masih bisa mengurangi biaya untuk pupuk dan juga insektisida juga bisa diajarin untuk alami juga,” terang Bambang menceritakan manfaat yang ia dan petani di Desa Akegula dapat dari pendampingan dan pelatihan pembuatan pupuk kompos dari Harita Nickel.Ketua Kelompok Tani Pancorang Indah Alatif yang mendapat pendampingan program CSR Harita Nickel di bidang pertanian memperlihatkan timun hasil produksi kebun kelompok taninya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparanHal senada juga dirasakan Alatif dari Desa Jikotamo. Pendampingan pertanian yang dilakukan Harita Nickel membawa manfaat bagi pola pikir masyarakat Pulau Obi untuk mendapatkan pendapatan dari bertani sayur dan buah-buahan."Kalau manfaatnya sih banyak. Setidaknya kita tahu bagaimana cara menanam kemudian cara pemupukan, kemudian bagaimana kita mengolah lahan dengan baik," terangnya di kebun Kelompok Tani Pancorang Indah dari Desa Jikotamo.Menurut Ketua Kelompok Tani Pancorang Indah ini produksi timun, pare, hingga cabai kelompok taninya meningkat pesat. “Selama ini, hasil kami selalu lolos pemeriksaan kualitas. Belum pernah ditolak,” jelasnya.Ketua Kelompok Tani Pancorang Indah Alatif bersama anggotanya memanen kangkung di kebun kelompok taninya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparanDari laut, nelayan seperti Lamulyadi Usman juga ikut merasakan dampak serupa dari pendampingan Harita Nickel dalam mengolah hasil tangkapan sampai penyimpanan. Peralatan untuk nelayan juga didukung Harita Nickel.“Alhamdulillah ikannya bagus-bagus. Karena yang kita dapat ikan segar itu. Karena ikan yang kita dapat harus kita rawat baik-baik. Kalau tidak dirawat, ikan cepat rusak. Tapi sekarang sudah terbiasa bawa es banyak,” tuturnya.Harita Nickel memang berkomitmen pada peningkatan ekonomi masyarakat Pulau Obi. Untuk jangka panjangnya, Harita Nickel berupaya mendorong desa-desa di lingkar operasional untuk menerapkan konsep “one village, one product”.Jadi masing-masing desa akan menghasilkan produk khusus yang sesuai dengan potensi daerah tersebut untuk kemudian dijual maupun dipasok ke perusahaan.Lamulyadi Usman, nelayan di Desa Kawasi memindahkan ikan hasil tangkapannya ke dalam ice box untuk menjaga kesegaran kondisi ikan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparanCommunity Development Superintendent Harita Nickel Suryo Aji mengatakan, keberadaan petani dan nelayan lokal memang sangat penting. Terlebih perusahaan mengandalkan pasokan bahan makanan karyawan dari sayur, buah, dan ikan masyarakat Pulau Obi.“Di sekitar perusahaan, kan ada petani, ada nelayan yang juga berproduksi yang kita dampingi. Nah ini tentunya kebutuhan makanan tadi kita berharap semaksimal mungkin dari masyarakat di sekitar perusahaan,” jelas Suryo kepada kumparan.Selain itu, Suryo mengatakan, perusahaan turut mendampingi masyarakat yang menjadi pelaku UMKM produk olahan pisang, singkong, tempe, dan tahu. Pendampingan ini termasuk untuk proses pengemasan dan pemasaran produk, serta pelatihan sertifikasi halal.Program pemberdayaan yang digulirkan Harita Nickel membuat jerih payah petani dan nelayan Obi lebih bernilai. Setiap bulan, perputaran ekonomi desa-desa mereka menembus Rp 14 miliar. Bagi mereka, ini bukan sekadar hasil panen atau tangkapan, melainkan harapan baru untuk hidup yang lebih sejahtera dan berdaya.Salam Kawasi: Pusat Belajar Bertani & Beternak Berkelanjutan di Pulau ObiSalam Kawasi di Pulau Obi. Foto: Harita NickelUpaya pemberdayaan yang dilakukan Harita Nickel terhadap petani dan peternak bisa dilihat dari Salam Kawasi, sebuah pusat belajar bertani dan beternak yang mengubah lahan kritis jadi subur.Salam Kawasi yang dikembangkan sejak 2021 menjadi tempat pembelajaran masyarakat Pulau Obi untuk menanam sayur, budidaya ikan air tawar, hingga beternak kambing sambil mengolah limbah jadi pupuk kompos.Lahan seluas sekitar 4 hektar ini awalnya dibiarkan kemudian disulap menjadi tempat yang subur untuk bertumbuhnya aneka pohon buah hingga sayur. Di tempat ini juga ada lahan percontohan pertanian padi.Bahkan, di Salam Kawasi, masyarakat Pulau Obi yang selama ini hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan laut kini bisa menambah wawasan baru lewat budidaya ikan air tawar, seperti lele dan ikan mas.Masyarakat bisa belajar tentang budidaya ikan air tawar di Salam Kawasi . Foto: Jamal Ramadhan/kumparanIlmu ini membuka peluang bagi para nelayan untuk memiliki kolam ikan sendiri di rumah, sehingga tidak semata bergantung pada cuaca atau hasil melaut. Dengan begitu, mereka tidak hanya menambah sumber pangan keluarga, tetapi juga menciptakan alternatif penghasilan yang lebih berkelanjutan.“Kalau potensi lahan kan banyak, cuma pemahaman mereka untuk budidaya air tawar itu belum,” jelas jelas SME Supervisor dari Harita Nickel, Albertus Darukumara, kepada kumparan di Salam Kawasi.Kambing-kambing yang diternakkan di Salam Kawasi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparanHal serupa juga terjadi dari kegiatan pelatihan peternakan kambing serta rumah pengolahan kompos. Hal ini tentu menjawab kebutuhan masyarakat soal pupuk organik, sebab tinggal di remote area seperti di Pulau Obi membuat akses ke pupuk subsidi, obat tanaman, dan keperluan lain lebih susah dan mahal.Hadirnya Salam Kawasi tentu mengubah pola pikir masyarakat Pulau Obi dalam bercocok tanam. Masyarakat yang selama ini bercocok tanam secara nomaden atau berpindah-pindah tempat, kini melalui teknik pengelolaan lahan yang baik dan benar bisa bercocok tanam di satu tempat secara berkelanjutan.