PM Netanyahu saat bertemu perwakilan keluarga korban dan sandera Israel Sumber GPO Kobi GideonJAKARTA - Kelompok advokasi sandera Israel pada akhir pekan menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai hambatan utama pembebasan tawanan di Jalur Gaza, beberapa jam setelah ia menyalahkan para pemimpin Hamas karena memperpanjang perang."Operasi yang ditargetkan di Qatar membuktikan tanpa keraguan, ada satu hambatan untuk memulangkan para sandera dan mengakhiri perang: Perdana Menteri Netanyahu," kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang dalam pernyataan, merujuk pada serangan Israel baru-baru ini terhadap pertemuan anggota Hamas di negara Teluk tersebut, melansir Daily Sabah 14 September."Setiap kali kesepakatan mendekat, Netanyahu menyabotasenya," tambah mereka.Sebelumnya pada Sabtu malam Netanyahu mengatakan melenyapkan para pemimpin Hamas di Qatar akan mengakhiri perang, menuduh kelompok tersebut menggagalkan upaya-upaya sebelumnya untuk mengamankan gencatan senjata."Para pemimpin Hamas yang tinggal di Qatar tidak peduli dengan rakyat di Gaza. Mereka memblokir semua upaya gencatan senjata untuk memperpanjang perang tanpa henti," ujarnya di media sosial X."Menyingkirkan mereka akan menyingkirkan hambatan utama untuk membebaskan semua sandera kami dan mengakhiri perang," tambahnya.Namun, forum tersebut menganggap tuduhan tersebut sebagai "alasan" terbaru Netanyahu untuk gagal memulangkan para tawanan."Waktunya telah tiba untuk mengakhiri alasan-alasan yang dirancang untuk mengulur waktu agar ia dapat mempertahankan kekuasaan," kata forum tersebut."Penghambatan ini mengancam nyawa para sandera lainnya yang hampir tidak bertahan hidup setelah hampir dua tahun ditawan, serta pemulihan mereka yang telah meninggal," tambah mereka.Sebelumnya, keluarga sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza mengkhawatirkan dampak serangan yang menyasar elite kelompok militan Palestina Hamas di Doha, Qatar.Markas Besar Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, yang mewakili keluarga para sandera di Gaza, mengatakan keluarga-keluarga tersebut "memantau perkembangan di Doha dengan keprihatinan yang mendalam dan kecemasan yang mendalam.""Ketakutan yang mendalam kini menyelimuti harga yang mungkin harus dibayar oleh para sandera," kata forum tersebut dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters."Kami tahu dari para penyintas yang telah kembali bahwa balas dendam yang ditujukan kepada para sandera itu brutal," tambahnya.Sedangkan Einav Zangauer, ibu dari sandera bernama Matan Zangauer menyoroti serangan tersebut, mengkritik keputusan Netanyahu. Zangauer ditampilkan dalam video sandera pada Bulan Desember 2024."Saya gemetar ketakutan. Saya gemetar ketakutan. Bisa jadi saat ini juga, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada dasarnya telah menjatuhkan hukuman mati kepada Matan saya. Siapa pun yang dengan sengaja memilih untuk membahayakan nyawa anak saya berarti membunuhnya," kata Einav."Mengapa perdana menteri bersikeras menghancurkan setiap peluang kecil untuk mencapai kesepakatan? Mengapa? Nyawa Matan saya telah berada dalam bahaya nyata selama 22 bulan. Sampai kapan? Berkali-kali, perdana menteri menyabotase kesepakatan, setiap kesepakatan yang ada di atas meja. Saya sudah muak. Cukup. Rakyat Israel sudah lelah dengan perang ini. Akhiri saja dan kembalikan semua orang dalam perjanjian yang komprehensif," tambahnya.