Pertemuan persiapan pertemuan tingkat Menlu OKI dan Arab di Qatar. (Sumber: OKI)JAKARTA - Qatar mendesak diakhirinya standar ganda Israel dalam pertemuan persiapan pertemuan tingkat menteri luar negeri Liga Arab dan Organisasi untuk Kerja Sama Islam (OKI) di Doha pada Hari Minggu.Dalam pidato pembukaannya, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan, "tidak ada toleransi" dalam menghadapi serangan "biadab" Israel, yang menciptakan preseden berbahaya dan merupakan gambaran bahwa Israel "tidak memiliki garis merah"."Saatnya sekarang untuk menghentikan standar ganda dan menghukum Israel atas semua kejahatan yang telah dilakukannya dan agar Israel tahu bahwa pembersihan etnis yang dilakukan terhadap Palestina tidak akan berhasil," tegasnya seperti dikutip dari The National 14 September.Israel hanya "terdorong" oleh kegagalan komunitas internasional untuk bertindak, tambahnya.Sementara itu, Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan, "diam terhadap suatu kejahatan adalah kejahatan"."Yang perlu kita upayakan hari ini adalah meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang, mulai dari pembunuhan warga sipil hingga kelaparan yang melanda penduduk dan penghancuran seluruh komunitas di Gaza," ujarnya.Persiapan untuk KTT darurat Arab-Islam dimulai kurang dari seminggu setelah Israel menyerang Doha dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak hanya terhadap negara Teluk, tetapi juga terhadap sekutu penting Amerika Serikat yang menjadi tuan rumah pangkalan terbesar negara itu di kawasan tersebut.Enam orang tewas, termasuk seorang anggota pasukan keamanan Qatar, dalam serangan Israel yang disebut Qatar sebagai "terorisme negara".Kecaman atas tindakan Israel mengalir deras dari negara-negara Teluk, Arab, Barat, dan Dewan Keamanan PBB, tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru memperkuat langkahnya.Ia mendesak Qatar untuk mengusir para pejabat Hamas yang tinggal di Doha atau "mengadili mereka", seraya menambahkan: "Jika tidak, kami yang akan melakukannya."Pangeran Turki Al Faisal, mantan Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris dan AS, menyatakan harapannya KTT tersebut akan menuai kecaman dari negara-negara peserta untuk "menghukum Israel atas tindakan keji dan genosida di Gaza dan juga atas serangan berbahaya yang disengaja terhadap Qatar".Ia menambahkan, sanksi ekonomi harus dijatuhkan kepada Israel dan mempertanyakan kredibilitas AS, mengingat dukungan kuatnya terhadap negara tersebut."Kredibilitas AS berada di persimpangan jalan di dunia Arab dan Muslim," katanya.Sementara para menteri luar negeri di KTT darurat Arab-Islam terus membahas langkah terbaik ke depan, pertanyaan lain yang tersisa adalah posisi AS di antara dua sekutunya yang berselisih: Qatar dan Israel.Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman, baru saja kembali dari perjalanan ke Washington di mana ia bertemu dengan Presiden Donald Trump, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan utusan AS untuk kawasan tersebut, Steve Witkoff.Trump mengatakan ia "tidak senang" dengan serangan Israel, tetapi tidak sampai menegur PM Netanyahu secara langsung.Tak lama kemudian, Menlu Rubio tiba di Israel untuk membahas "keamanan Timur Tengah", tetapi sebelum keberangkatannya, Ia menegaskan kembali dukungan negaranya untuk Israel meskipun AS tidak menyetujui serangan di Doha. "Ini tidak akan mengubah hubungan kami dengan Israel, tetapi kami harus membicarakannya – terutama, apa dampaknya" terhadap upaya gencatan senjata Gaza yang berkelanjutan, ujarnya kepada para wartawan.Kelompok itu sedang membahas proposal terbaru AS untuk sebuah kesepakatan ketika diserang Israel. Qatar sendiri telah menjadi mediator penting antara Israel dan Hamas sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023.PM Netanyahu sendiri mengisyaratkan akan terus mengincar para pejabat Hamas di luar negeri, yang menimbulkan ancaman tidak hanya bagi Qatar tetapi juga bagi Turki, yang menampung beberapa pejabat kelompok tersebut.