Ilustrasi batasan dan dampak sharenting (Freepik)YOGYAKARTA - Saat ini, banyak orang tua membagikan momen-momen berharga anak ke media sosial tanpa sadar melewati batas sharenting. “Sharenting” merupakan istilah gabungan antara “sharing” dan “parenting”, yang merujuk pada kebiasaan orang tua membagikan terlalu banyak informasi mengenai anak di ranah digital secara berlebihan.Dalam banyak kasus, orang tua melakukan sharenting demi niat baik, seperti ingin berbagi kebahagiaan atau momen penting. Namun, tindakan tersebut bisa tanpa disadari membahayakan privasi, keamanan, kesehatan mental, serta hubungan anak-orang tua, dan juga mengganggu hak anak atas konsen informasi. Mengutip Cleveland Clinic, Selasa, 9 September, ini batasan dan dampaknya jika melewati batas dalam membagikan informasi tentang anak secara daring atau sharenting.Apa yang perlu dihindari atau batasan sharenting?Meski motivasi umumnya positif, seperti rasa bangga atau ingin mendokumentasikan momen tentang anak-anaknya, ada konsekuensi serius yang perlu dipahami ortu saat membagikan informasi di ranah digital. Berikut, batasan sharenting yang perlu dipahami dan dilakukan secara nyata.Ilustrasi batasan dan dampak sharenting (Freepik) 1. Hindari bagikan data pribadiMisalnya, mengunggah tanggal lahir, nama lengkap, atau lokasi sekolah anak dapat mempermudah orang asing melacak identitas atau keberadaan anak. Singkatnya, informasi ini harus dijaga agar tidak mudah diakses pihak yang tidak diinginkan. Jangan sampai, Anda membagikan data pribadi yang bersifat personal tentang anak maupun tentang diri Anda.2. Jangan sampai bagikan foto atau cerita yang menyinggung perasaanContohnya, membagikan foto laporan nilai akademis anak atau candaan “jahil” anak. Sebab ini dapat membuat mereka merasa malu, terutama saat mereka tumbuh dan melihat kembali unggahan tersebut. Penting dipahami, apa yang terlihat lucu bagi orang tua bisa menjadi momen memalukan bagi anak saat dewasa.Setiap unggahan digital menciptakan jejak online yang dapat dicek kembali di masa depan. Informasi yang tampaknya remeh bisa jadi mempengaruhi reputasi atau hubungan anak di kemudian hari. Maka orang tua perlu bersikap bijak dalam membagikan momen dan informasi tentang anak-anaknya. Jangan sampai, informasi yang bersifat pribadi memicu hal yang tidak diinginkan pada kemudian hari.Ilustrasi batasan dan dampak sharenting (Freepik) Dampak sharenting terhadap anakSharenting dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap anak, baik secara emosional maupun sosial. Salah satunya adalah gangguan identitas, karena citra diri anak terbentuk melalui unggahan orang tua, bukan dari pengalaman pribadi anak sendiri. Hal ini bisa menimbulkan kebingungan dan membuat anak merasa tidak sepenuhnya memiliki kendali atas siapa dirinya.Selain itu, sharenting berpotensi menurunkan harga diri anak. Unggahan yang dianggap lucu atau membanggakan oleh orang tua bisa jadi memalukan bagi anak, terutama saat mereka tumbuh besar dan melihat kembali jejak digital tersebut. Rasa malu ini dapat berkembang menjadi tekanan emosional yang memengaruhi kesehatan mental.Dampak lain yang tak kalah penting adalah ancaman terhadap privasi dan keamanan. Informasi yang tersebar di dunia maya berisiko dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, baik untuk pencurian identitas maupun tujuan lain yang berbahaya. Jejak digital yang terbentuk dari kecil bisa menjadi beban sosial di masa depan, terutama ketika anak merasa reputasinya dipengaruhi oleh unggahan orang tua.Dengan kata lain, sharenting yang tidak terkendali dapat menciptakan risiko jangka panjang bagi perkembangan anak. Privasi, kenyamanan, hingga keamanan mereka bisa terganggu hanya karena kebiasaan membagikan momen tanpa pertimbangan matang. Itulah mengapa penting bagi orang tua untuk menimbang dengan hati-hati sebelum mengunggah informasi tentang anak di ranah digital.Sharenting mungkin didorong atas cinta dan kebanggaan orang tua terhadap anak, namun perlu disikapi dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab. Dengan memahami batasan dan dampak sharenting yang mungkin muncul, Anda dapat menjaga privasi, kesejahteraan, dan hubungan anak-orang tua tetap sehat.