Ilustrasi - LRT Jabodebek yang beban utangnya akhirnya harus ditanggung PT Kereta Api Indonesia (KAI). (ANTARA/HO-LRT Jabodebek)JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI, Herman Khaeron, menyoroti semakin beratnya beban keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Hal ini menyusul rencana pengambilalihan utang pembangunan proyek LRT Jabodebek senilai Rp2,2 triliun.“PT KAI ini bebannya sudah mulai berat karena harus menanggung kereta cepat, harus menanggung LRT, dan tentu juga harus tetap menjalankan jalur kereta regulernya,” ujar Herman kepada VOI, Minggu, 14 September.Herman juga menyinggung masalah cost overrun yang membayangi proyek kereta cepat maupun LRT Jabodebek. Kondisi ini, kata dia, semakin memperberat posisi PT KAI.“Masalahnya berat kemarin karena ada cost overrun, baik di pembangunan kereta cepat maupun LRT,” ucap Herman.Sebelumnya, Pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek menyisakan utang ke PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar Rp2,2 triliun. Rencananya, utang tersebut akan dibayarkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebagai pengelola LRT Jabodebek.Direktur Adhi Karya Entus Asnawi mengatakan piutang pemerintah masih dalam proses. Meski begitu, dia mengaku telah mendapat penegasan dari Kementerian Keuangan terkait pembayaran piutang LRT Jabodebek akan dilakukan secara penuh oleh KAI.“Proses sekarang ini kami sudah dapat penegasan dari Kementerian Keuangan bahwa pembayarannya itu nanti akan dilakukan melalui KAI. Baik misalnya dengan skema payment atau skema subsidi ke KAI-nya. KAI nanti ke Adhi Karya akan membayarkan secara penuh,” ujarnya dalam acara Public Expose Live secara virtual, Senin, 8 September.Entus mengaku masih menunggu kajian untuk mendapatkan angka komersial pembayaran utang tersebut. Pencairan piutang tersebut akan membantu perseroan untuk menyelesaikan sejumlah kewajiban.“Kalau manfaatnya tentu manfaat besar sekali kalau bisa cair ini. Setidaknya kita bisa menyelesaikan beberapa kewajiban-kewajiban yang ada yang di Adhi Karya,” ucapnya.Meski begitu, Entus mengaku sejak 2024 lalu perseroan sudah utang ke supplier itu kurang lebih Rp4 triliun dan utang ke perbankan sekitar Rp2,4 triliun.“Jadi cukup baik. Kalau ini (piutang LRT Jabodebek) cair, bisa lebih turun lagi. Ini bagian dari modal kerja yang akan kita gunakan ke depan. Juga ada beberapa proyek lain yang punya piutang besar yang sedang kita proses pencairannya,” ujarnya.Entus mengatakan pembangunan LRT Jabodebek tahap pertama sepanjang 44 km awalnya didanai oleh pemerintah. Kemudian, perubahan peraturan presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015 dimana dana sebesar Rp23,3 triliun diberikan melalui PMN dari total nilai kontrak Rp25,5 triliun.“Sampai dengan selesai pekerjaan ini menghabiskan Rp25,5 dan kami sudah dibayar Rp23,3, sehingga memang masih tersisa Rp2,2 triliun,” ucapnya.Sementara itu, Direktur Keuangan Adhi Karya, Bani Iqbal Menargetkan penyelesaian piutang yang melibatkan pemerintah tersebut dapat rampung pada akhir tahun ini.Bani mengakui bahwa piutang terbesar persebaran berasal dari proyek pembangunan LRT Jabodebek.“Piutang terbesar saat ini adalah piutang dari LRT yang masih dalam proses diskusi dengan KAI, Kemenkeu, dan juga Danantara untuk penyelesaiannya. Targetnya bisa selesai secepat-cepatnya akhir tahun ini,” ucap Bani.