TNI Ungkap Pemicu Gugurnya Prajurit Marinir saat Terjun Payung di Teluk Jakarta

Wait 5 sec.

Kapuspen TNI, Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah (tengah) berada di Mabes TNI, Jakarta Timur, Kamis (9/10/2025). Foto: Abid Raihan/kumparanKepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah, mengungkap detik-detik gugurnya Prajurit Detasemen Intai Para Amfibi (Taifib) 1, Praka Mar Zaenal Mutaqim.Praka Zaenal meninggal dunia saat melakukan atraksi terjun payung dalam rangkaian HUT ke-80 TNI di Teluk Jakarta pada Kamis (2/10) lalu.Menurut Freddy, insiden bermula ketika Zaenal sempat bertabrakan dengan prajurit lainnya di udara sesaat setelah keluar dari pesawat.“Yang pertama di laut itu, itu apa itu, murni proses, proses pada pada saat exit dari pesawat kemudian opening parasut, kemudian terjadilah tabrakan,” ujar Freddy di Mabes TNI, Jakarta Timur, Kamis (9/10).Freddy menjelaskan, tabrakan antar-penerjun di udara bukan hal yang sepenuhnya bisa dihindari karena banyak faktor teknis yang dapat menyebabkannya.“Jadi di penerjunan itu mungkin dari setiap penerjunan pasti ada beberapa drop yang penerjunnya itu saling bertabrakan di udara,” ucapnya.“Kadang itu karena leveling pada saat pencabutannya bersamaan, kemudian bisa juga karena faktor begitu dia exit habis itu spin, sehingga nabrak penerjun yang lainnya. Jadi ada beberapa faktornya,” tambah Freddy.Freddy mengatakan, dalam banyak kasus, prajurit yang bertabrakan di udara akan mengalami black out sehingga gagal menarik parasutnya. Namun, kondisi berbeda terjadi pada Praka Zaenal.“Jadi, ada beberapa kejadian yang tidak sempat mencabut parasut karena black out, begitu tabrakan, black out, enggak bisa nyabut parachute sampai darat sampai laut,” kata Freddy.“Tapi yang kemarin Almarhum sempat nyabut, kemudian mendarat di laut, kondisi pada saat itu sadar tapi memang kondisinya ngigau seperti itu,” lanjutnya.Prajurit TNI AL melakukan simulasi penyergapan kapal saat Sailing Pass di perairaan Teluk Jakarta, Kamis (2/10/2025). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTOFreddy menegaskan, peristiwa tersebut akan menjadi bahan evaluasi bagi TNI untuk memperbaiki prosedur dan meningkatkan keselamatan penerjunan di masa depan.“Itu akan terus dievaluasi, akan terus dievaluasi dari sisi keterampilan, kemampuan, kemudian teknis yang tadi sampaikan SOP-nya itu,” ujarnya.Freddy mengakui, risiko tabrakan di udara memang melekat dalam latihan terjun payung militer. Bahkan dirinya pernah mengalami hal serupa saat masih berpangkat mayor.“Saya pribadi pernah merasakan itu, di pangkat mayor saya pernah seperti itu dan pernah nyaris meninggal. Mungkin enggak jadi Kapuspen pada saat itu, dengan kejadian yang sama,” ucap Freddy.