Ilustrasi ikan hiu. Foto: ShutterstockBeberapa waktu lalu, sebanyak 16 siswa SD Negeri 12 Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, dilaporkan mengalami gejala keracunan usai diduga menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang salah satu menunya berisi ikan hiu fillet.Menanggapi hal ini, akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap konsumsi ikan hiu, terutama pada anak-anak.Dilansir laman IPB, Dosen Sekolah Vokasi IPB Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi (MIJMG), Rosyda Dianah, menjelaskan bahwa ikan hiu bukan pangan yang tepat untuk dikonsumsi, khususnya oleh anak sekolah karena dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan.Risiko tersebut muncul akibat kandungan logam berat yang terdapat pada hiu. Menurut Rosyda, hiu merupakan hewan yang berada di puncak rantai makanan laut. Karena posisinya itu, hiu sering memakan banyak ikan lain sehingga logam beracun dari mangsanya ikut menumpuk di tubuhnya.Ilustrasi Olahan Sup dari Daging Ikan Hiu Foto: Photomaniakung/ShutterstockProses ini disebut sebagai biomagnifikasi, yaitu ketika zat berbahaya seperti merkuri menumpuk dan menyebabkan ikan berukuran besar memiliki kadar merkuri jauh lebih tinggi dibandingkan ikan kecil yang dimakannya.“Hiu adalah predator puncak yang mudah mengakumulasi merkuri, arsenik, dan timbal melalui proses biomagnifikasi. Akumulasi ini menjadikan daging hiu berbahaya jika dikonsumsi manusia,” jelas Rosyda, dikutip dari laman IPB, Kamis (9/10).Lebih lanjut, Rosyda menjelaskan bahwa hiu mengandung zat metil merkuri yang dapat berbahaya kalau masuk ke tubuh manusia.Dikutip dari Medical News Today, metil merkuri merupakan bentuk merkuri yang umum ditemukan pada makanan laut dan terbentuk ketika logam merkuri larut ke dalam air. Jenis merkuri ini tergolong sangat beracun sehingga ketika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung zat ini, bisa muncul berbagai gejala serius.“Kandungan metil merkuri pada hiu bersifat toksik, dapat menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, hingga gangguan saraf serius. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap efek toksik ini,” tambah Rosyda.Ilustrasi Merkuri. Foto: Shutter Stock Tak hanya merkuri, Rosyda juga memaparkan bahwa bagian sirip hiu dapat mengandung zat berbahaya lain, yakni arsenik dalam kadar tinggi. Paparan arsenik ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, seperti hati, ginjal, dan paru-paru.Selain itu, daging hiu juga dapat mengandung timbal, logam beracun yang berisiko menimbulkan kejang atau gangguan saraf kalau kadarnya terlalu tinggi dalam tubuh.Mengingat berbagai risiko tersebut, Rosyda menyarankan agar memprioritaskan pemberian makanan dengan konsep B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) kepada anak-anak. Melalui pola makan ini, anak-anak bisa mendapatkan asupan gizi yang seimbang tanpa menimbulkan risiko kesehatan.Reporter Salsha Okta Fairuz