Disiplin atau Kinerja: Mana yang Lebih Dulu?

Wait 5 sec.

Pelaksanaan Apel Pagi (Sumber : Dok.BKPSDM Karawang)Saat berbicara tentang kinerja, terutama dalam konteks ASN, hal pertama yang muncul di benak pikiran kita adalah hasil kerja yang dapat diukur, target, atau capaian. Namun, ada satu hal yang sering dilupakan yaitu cara atau proses mencapai kinerja. Disiplin, khususnya disiplin waktu, adalah dasar terpenting untuk kinerja yang baik.Coba kita bayangkan secara sederhana, jika kehadiran tepat waktu masih menjadi tantangan, bagaimana mungkin seseorang mencapai tingkat kinerja terbaik? Bagaimana ASN dapat memberikan layanan prima jika terlambat, tertunda, atau tidak menyelesaikan tugas tepat waktu?Lalu muncul pertanyaan, mana yang lebih penting, kinerja atau disiplin?Disiplin adalah cara terbaik untuk mencapai kinerja. Kinerja hanya akan menjadi jargon atau tulisan indah tanpa usaha.Disiplin sering dianggap sebagai hal sepele, hanya soal hadir tepat waktu atau mematuhi aturan. Padahal, disiplin memiliki makna yang lebih luas: membentuk kebiasaan kerja yang konsisten, mematuhi standar yang ada, serta menata diri agar mampu bekerja secara produktif.Bagi ASN, disiplin bukan hanya kewajiban formal yang diatur dalam peraturan pemerintah, tetapi juga cermin profesionalisme. Misalnya, disiplin waktu menunjukkan komitmen terhadap tanggung jawab publik dan bukan semata-mata tentang jam kerja atau tidak. ASN yang tepat waktu menunjukkan rasa terima kasih kepada masyarakat yang dilayaninya.Disiplin akan datang dengan kinerja. Mereka yang terbiasa dengan disiplin cenderung menyelesaikan tugas dengan lebih fokus, teratur, dan konsisten. Karena dia sudah terbiasa menata waktunya dengan baik, dia tidak perlu "dikejar-kejar" untuk menyelesaikan pekerjaan.Beberapa ahli manajemen menegaskan pentingnya disiplin dalam membentuk kinerja. Menurut Hasibuan (2016), disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku demi mencapai tujuan perusahaan secara optimal. Disiplin menjadi modal dasar bagi seseorang untuk dapat bekerja efektif dan efisien.Sementara itu, Rivai (2014) menjelaskan bahwa kinerja dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah disiplin kerja. Kinerja tidak akan optimal jika kedisiplinan individu rendah, karena kedisiplinan merupakan penggerak yang menuntun individu untuk konsisten bekerja sesuai dengan aturan, waktu, dan target yang telah ditentukan.Dari teori ini, jelas bahwa disiplin mendahului kinerja. Tanpa disiplin, seseorang akan kesulitan mencapai kinerja yang diharapkan.Kinerja yang baik tidak muncul secara tiba-tiba. Ia lahir dari serangkaian kebiasaan yang dilakukan terus-menerus. Kebiasaan ini tidak lain adalah disiplin.Seorang ASN yang terbiasa datang tepat waktu misalnya, akan lebih mudah memulai tugas tanpa tergesa-gesa. Itu cukup besar untuk merencanakan, mengevaluasi, dan menyelesaikan tugas. Sebaliknya, ketidakdisiplinan dan keterlambatan akan menyebabkan lebih banyak pekerjaan, kualitas yang lebih rendah, dan akhirnya berdampak pada pelayanan publik.Disiplin waktu juga menciptakan budaya kerja yang sehat di tempat kerja. "Penularan" yang buruk terjadi ketika seseorang terbiasa dengan ketidakdisiplinan. Di sisi lain, ketika disiplin menjadi budaya, semua orang merasa punya tanggung jawab moral untuk menjaga ritme kerja organisasi. Hal ini akan menghasilkan peningkatan kinerja organisasi.Ada yang beranggapan bahwa di era digital, disiplin waktu tidak lagi relevan karena banyak pekerjaan bisa dilakukan fleksibel dari mana saja. Pandangan ini hanya separuh benar. Fleksibilitas memang memungkinkan, tapi tanpa disiplin, fleksibilitas bisa berubah menjadi alasan untuk menunda pekerjaan.Justru di tengah teknologi yang memudahkan, disiplin waktu semakin penting. ASN dituntut mampu menyeimbangkan fleksibilitas kerja dengan tanggung jawab pelayanan publik yang tidak bisa ditunda. Disiplin di era digital bukan sekadar hadir di kantor, tetapi hadir tepat waktu dalam setiap bentuk pelayanan, baik secara langsung maupun daring.