Pandangan Pengamat Soal Polemik Etanol dalam Bahan Baku BBM

Wait 5 sec.

Ilustrasi etanol. Foto: ShutterstockPolemik kandungan etanol dalam base fuel yang diimpor oleh Pertamina coba ditanggapi oleh Pengamat Otomotif dan Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu. Dirinya mewanti agar publik tak salah persepsi soal campuran tersebut."Perihal inti masalah utama adalah ketidaksesuaian spesifikasi base fuel Pertamina dengan standar permintaan VIVO dan BP-AKR. Terutama tidak transparannya kandungan etanol 3,5 persen, tampaknya ini (isu) jadi berbelok," buka Yannes kepada kumparan akhir pekan ini.Dijelaskannya, campuran etanol ke bahan baku minyak bumi untuk dijadikan bahan bakar kendaraan adalah hal yang lazim. Apalagi, pemerintah saat ini telah menetapkan ambang batas penggunaan campuran etanol paling tinggi 10 persen."Secara teknis sebenarnya campuran rendah etanol, seperti yang disebutkan itu hanya 3,5 persen tidak akan menimbulkan kerusakan pada mesin mobil modern. Bahkan sejatinya itu bisa meningkatkan nilai oktan dan memperbaiki efisiensi pembakaran," jelas Yannes.Toyota Fortuner Flexy Fuel yang bisa tenggak bahan bakar bioetanol 100 persen atau E100. Foto: Sena Pratama/kumparanMeski Yannes juga mempertanyakan apakah sebelumnya ada penjelasan kandungan etanol pada minyak mentah yang diimpor Pertamina, ketika perusahaan pelat merah tersebut melakukan diskusi dengan pelaku penyedia bahan bakar swasta."Polemiknya kan Pertamina (seakan) tidak transparan menjelaskan kandungan base fuel yang diminta calon pembelinya. Kalau pun memang sudah menjalankan hal tersebut, baiknya Pertamina menjelaskan juga kepada publik," pungkasnya.Etanol atau bioetanol adalah produk bahan bakar jadi yang dihasilkan dari proses olahan minyak nabati atau tumbuh-tumbuhan, jadi tidak menggunakan minyak bumi mentah yang berasal dari fosil. Bahan bakar jenis ini dinilai sebagai salah satu bentuk energi terbarukan.Shell Global dalam laman resminya menjabarkan, etanol bisa dihasilkan dari olahan molases tebu atau olahan dari biji-bijian seperti gandum, sorgum, dan jagung. Pengembangan energi bahan bakar ramah lingkungan ini bukanlah hal baru.Apical melalui anak usahanya yang bergerak di bidang energi terbarukan, Bio-Oils, bersama Cepsa memulai pembangunan pabrik biofuel generasi kedua (2G) terbesar di selatan Eropa, Senin (26/2/2024). Foto: Dok. ApicalBrasil adalah salah satu contoh negara terdepan yang telah mengimplementasikan campuran etanol ke jaringan produk bahan bakar kendaraan sejak tahun 1970-an, mengutip laman resmi BP (British Petroleum) Energy."Sekitar 85 persen mobil sekarang setidaknya sebagian sudah menggunakan (bahan bakar) etanol," ucap Wakil Presiden Manajemen Aset Bionergy BP, Carolina Fratta. Tidak hanya negara di benua Amerika Selatan itu, Inggris misalnya sudah menerapkan penggunaan bahan bakar dengan sertifikasi E10 atau kandungan etanol mencapai 10 persen. Salah satunya adalah Shell Regular, ada juga V-Power dengan kandungan etanol tak sampai 5 persen.Etanol jadi jurus beberapa negara untuk menangkal konsumsi berlebih minyak bumi mentah yang berasal dari fosil. Selain itu, jenis bahan bakar terbarukan ini sudah efektif menurunkan kadar emisi gas buang, serta meningkatkan efisiensi pembakaran mesin.Pertamina telah memiliki satu produk dengan campuran etanol sebesar 5 persen atau E5 lewat Pertamax Green 95. Bahan bakunya menggunakan campuran etanol yang berasal dari molases tebu.