Iran Belum Berencana Melanjutkan Perundingan Nuklir Usai Pemberlakuan Kembali Sanksi

Wait 5 sec.

Jubir Kemlu Iran Esmaeil Baghaei. (Sumber: IRNA)JAKARTA - Iran belum memiliki rencana segera untuk melanjutkan perundingan nuklir dengan negara-negara Eropa, setelah Teheran dikenai pemberlakuan kembali sanksi bulan lalu, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei Hari Senin.Berbicara dalam konferensi pers, Baghaei menjelaskan fokus Teheran saat ini adalah "meninjau dampak dan konsekuensi dari tindakan yang diambil oleh tiga negara Eropa (Inggris, Prancis, dan Jerman)" yang akrab disebut E3 yang mengaktifkan mekanisme snapback terhadap Iran di PBB.Baghaei mengatakan "diplomasi, dalam bentuknya saat ini dengan mereka, tidak produktif" dan negara-negara tersebut mengambil langkah "untuk menenangkan AS," seperti dikutip dari The National 7 Oktober.Sanksi PBB diberlakukan kembali terhadap Iran pada Bulan September atas apa yang dikatakan oleh kekuatan Barat sebagai kegagalan Teheran untuk mematuhi kesepakatan tahun 2015 yang mengatur program energi nuklir negara tersebut.Tujuan dari kesepakatan tersebut adalah untuk menghentikan Iran mengembangkan bom nuklir dengan menawarkan insentif. Namun, Iran mengabaikan ketentuan yang telah disepakati setelah Presiden Amerika Serikat (ketika itu) Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.Inggris, Prancis, dan Jerman meluncurkan proses di PBB pada Bulan Agustus untuk menerapkan kembali sanksi tersebut, dengan mengatakan Teheran telah melanggar komitmennya.Dikenal sebagai mekanisme snapback, prosedur ini telah menyebabkan penerapan kembali pembatasan yang dapat berdampak buruk bagi ekonomi Iran yang sudah terpuruk.Teheran sendiri berulang kali memperingatkan, penerapan kembali sanksi akan mengakibatkan penangguhan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).Pada Hari Minggu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan kerja sama dengan badan pengawas nuklir PBB "tidak lagi relevan"."Perjanjian Kairo tidak lagi relevan bagi kerja sama kami dengan IAEA," jelas Menlu Araghchi.Bulan lalu, Iran dan IAEA menandatangani perjanjian untuk melanjutkan inspeksi program dan lokasi nuklir Teheran, termasuk yang diserang oleh AS dan Israel pada Bulan Juni.Kesepakatan tersebut dicapai setelah pembicaraan antara Menlu Araghchi dengan Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty di Kairo. Pertemuan tersebut meletakkan dasar bagi kemungkinan kembalinya para pemantau ke Teheran – dengan tetap memperhatikan negosiasi tambahan.Penandatanganan perjanjian pada saat itu "diperlukan karena adanya perubahan di lapangan dan ancaman keamanan, termasuk serangan terhadap fasilitas nuklir," ujar Menlu Araghchi.Menteri tersebut mengatakan, peran E3 dalam perundingan nuklir mendatang telah "berkurang" akibat sanksi tersebut."Ketiga negara Eropa tersebut berpikir mereka dapat mencapai hasil melalui mekanisme snapback, tetapi alat tersebut tidak efektif dan hanya mempersulit diplomasi," jelas Menlu Araghchi."Ketiga negara Eropa tersebut tentu saja telah mengurangi peran mereka dan kehilangan justifikasi untuk bernegosiasi. Dalam perundingan mendatang, peran mereka akan jauh lebih kecil," tegasnya.