Agresi Israel Berdampak Terhadap Sistem Kesehatan di Jalur Gaza

Wait 5 sec.

Fasilitas kesehatan di Gaza terkena serangan Israel. (Sumber: WAFA)JAKARTA - Agresi Israel yang telah berlangsung selama dua tahun sejak Oktober 2023 berdampak terhadap sistem kesehatan di Jalur Gaza, Palestina.Konflik terbaru di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, saat kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel seperti dikutip dari Reuters 7 Oktober.Itu dibalas Israel dengan melakukan serangan udara, blokade hingga operasi darat di Jalur Gaza.Sumber-sumber medis di Jalur Gaza mengumumkan pada Hari Selasa, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 67.173, sementara jumlah korban luka telah mencapai 169.780 orang, termasuk 20.179 anak-anak, 10.427 perempuan, 4.813 lansia dan 31.754 laki-laki, seperti melansir WAFA.Sumber-sumber medis juga mendokumentasikan dampak bencana terhadap sistem kesehatan Gaza setelah dua tahun genosida yang sedang berlangsung.Jumlah tenaga medis yang gugur mencapai 1.701 orang, sementara 362 ditahan dalam kondisi penghilangan paksa dan penahanan, serta dirampas hak asasi manusianya.Dari total 38 rumah sakit, 25 di antaranya tidak beroperasi, sementara 13 rumah sakit masih beroperasi sebagian dan dalam kondisi yang sulit.Pendudukan Israel juga telah menghancurkan 103 pusat layanan kesehatan primer, dari total 157 pusat layanan kesehatan, sementara 54 pusat layanan kesehatan hanya beroperasi sebagian.Fasilitas kesehatan di Gaza terkena serangan Israel. (Sumber: WAFA) Terhentinya pasokan medis reguler, terhambatnya akses aman ke rumah sakit, dan meningkatnya jumlah cedera dan kematian telah memperburuk kekurangan obat-obatan dan pasokan medis di departemen-departemen vital.Sebanyak 55 persen obat-obatan, 66 persen pasokan medis dan 68 persen pasokan laboratorium saat ini kehabisan stok.Sementara itu, tingkat hunian tempat tidur rumah sakit meningkat menjadi 225 persen pada akhir September lalu, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 82 persen.Angka ini merupakan angka yang sangat tinggi, mengingat meningkatnya jumlah pasien rawat inap dan cedera kritis.Lebih jauh, serangan langsung terhadap fasilitas kesehatan telah menghancurkan sistem kelistrikan dan elektromekanis. Pendudukan telah menghancurkan 25 dari 35 stasiun pembangkit oksigen dan 61 dari 110 generator.Tingkat kelaparan di Jalur Gaza telah mencapai titik kritis, menurut klasifikasi PBB, dengan 460 kematian akibat kelaparan dan malnutrisi tercatat, termasuk 154 anak-anak. Tidak berhenti sampai di situ, Sebanyak 51.196 anak-anak Gaza di bawah usia lima tahun masih menderita malnutrisi parah.Kepadatan warga Palestina di wilayah-wilayah pengumpulan paksa, yang secara keliru diberi label "kemanusiaan", telah memperburuk kondisi kesehatan dan kemanusiaan mereka. Kurangnya kebutuhan dasar hidup menyebabkan penyebaran penyakit, kurangnya sumber air minum bersih, dan kekurangan makanan.Penolakan vaksinasi rutin dan darurat telah mengurangi cakupan vaksinasi anak hingga 80 persen. Selain itu, fase keempat vaksinasi polio preventif telah dihentikan, mengancam kegagalan fase-fase sebelumnya karena faktor-faktor penyebaran penyakit semakin meningkat.Konflik terbaru di Gaza juga menyebabkan 4.900 kasus amputasi dan disabilitas membutuhkan peralatan pendukung dan program rehabilitasi jangka panjang.Penutupan perlintasan untuk pergerakan pasien dan korban luka telah mencegah 18.000 pasien bepergian ke luar negeri untuk berobat, termasuk 5.580 anak-anak.Hingga saat ini, tenaga medis di Kota Gaza terus menjalankan tugas kemanusiaan dan nasional mereka meskipun ada bahaya di sekitar mereka yang mengancam keselamatan mereka dan keselamatan korban luka serta mereka yang terluka.