Saga Fast & Furious yang selama dua dekade lebih dikenal dengan aksi balap liar dan adegan penuh adrenalin ternyata menghadapi tantangan terbesar bukan dari villain baru atau aksi gila-gilaan, melainkan dari soal keuangan. Menurut laporan The Wall Street Journal, proyek film Fast & Furious 11 — atau sering disebut Fast X: Part 2 — hingga kini belum memiliki naskah final maupun jadwal rilis resmi.Penyebab utamanya adalah masalah biaya produksi. Film sebelumnya, Fast X, menghabiskan dana fantastis sekitar USD 340 juta (Rp 5,4 triliun) akibat penundaan syuting saat pandemi serta pergantian sutradara di tengah produksi. Meski berhasil meraup USD 705 juta (Rp 11,2 triliun) di box office global, film itu disebut hanya memberikan keuntungan tipis.Kini, Universal selaku studio menuntut agar film terakhir ini diproduksi dengan anggaran jauh lebih rendah, yakni sekitar USD 200 juta (Rp 3,2 triliun). Itu berarti harus ada pemangkasan setidaknya USD 140 juta (Rp 2,2 triliun) dari biaya produksi sebelumnya.Meski menghadapi tekanan finansial, sang bintang utama Vin Diesel tetap berusaha membakar semangat penggemar. Dalam acara FuelFest musim panas lalu, ia menegaskan hanya akan kembali jika tiga syarat dipenuhi:Cerita kembali ke Los Angeles, tempat awal saga dimulai.Fokus pada balapan jalanan, bukan sekadar aksi spionase global.Menghadirkan kembali sosok Brian O’Connor, karakter mendiang Paul Walker.Namun, realitanya tidak semudah itu. Draf naskah terbaru diperkirakan masih membutuhkan biaya USD 250 juta untuk diwujudkan. Tim kreatif kini “mati-matian” memangkas sekitar USD 50 juta, antara lain dengan:Mengurangi adegan keliling dunia.Memotong atau mengecilkan peran beberapa karakter lama.Mengurangi jumlah adegan aksi spektakuler yang selama ini jadi ciri khas.Menariknya, sebagian penggemar justru menyambut baik ide ini. Banyak yang ingin melihat film penutup kembali ke “akar” franchise: balapan jalanan di Los Angeles dengan cerita yang lebih sederhana dan emosional.Biaya produksi melambung juga karena jajaran pemain yang semakin banyak. Hampir setiap pemeran pendukung kini menerima bayaran USD 2–10 juta, sementara Diesel sendiri mendapat lebih dari USD 25 juta per film, belum termasuk honor sebagai produser. Kehadiran bintang baru seperti Jason Momoa dan Charlize Theron semakin membuat anggaran membengkak.Produser Neal Moritz menekankan bahwa tujuan utama adalah menciptakan penutup yang “memuaskan secara kreatif sekaligus finansial.” Namun Universal tampaknya sudah menyiapkan skenario alternatif. Studio ini dikabarkan tengah menjajaki proyek turunan berupa serial TV, spin-off karakter tertentu, hingga film dengan skala lebih kecil yang bisa membawa Fast & Furious kembali ke akarnya pada tahun 2001.Untuk saat ini, Fast Saga benar-benar berada di persimpangan jalan. Apakah Fast & Furious 11 akan menjadi penutup megah atau justru tertahan karena masalah biaya, masih menjadi tanda tanya besar bagi para penggemar setianya di seluruh dunia.The post Fast & Furious 11 di Persimpangan Jalan: Anggaran Bengkak Jadi Ancaman appeared first on Cinemags.