Ilustrasi ghosting. (Freepik)JAKARTA - Semua orang pasti merasa semuanya berjalan baik-baik saja saat menjalani pendekatan dengan calon pasangan, seperti mengirim pesan lancar, ketawa bareng, sempat bertemu hingga berbincang-bincang.Namun tiba-tiba dia menghilang tanpa kabar? Tidak ada pesan dan tidak ada perpisahan. Anda baru sadar ternyata sudah di-ghosting.Fenomena ghosting ini makin sering terjadi di era digital. Dari sekadar kenalan di aplikasi sampai hubungan yang sudah cukup dekat. Lalu menghilang begitu saja tanpa penjelasan ternyata bukan hal langka.Tapi apakah benar mereka pergi karena bosan atau tidak tertarik lagi? Berikut penjelasan ilmiah di balik perilaku ini, seperti dilansir dari laman Psychology Today.1. Pria Lebih Sering Melakukan GhostingPenelitian terhadap 626 orang dewasa di Spanyol menemukan anak muda dan pria cenderung lebih sering melakukan ghosting (Navarro et al., 2020).Alasannya dunia digital memberi rasa jarak dan anonimitas yang membuat seseorang lebih berani menghindar tanpa harus menghadapi reaksi orang lain.Lewat aplikasi kencan, semua terasa instan. Tinggal menggeser, chatting, lalu hilang. Calon pasangan jadi mudah datang dan pergi. Tapi kemudahan itu bukan berarti bisa dijadikan pembenaran. Rasa hormat tetap penting, meski hanya melalui layar ponsel.2. Percaya dengan TakdirMasih dari penelitian yang sama, ditemukan orang yang percaya hubungan ditentukan oleh takdir atau jodoh ternyata lebih bisa menerima ghosting.Bagi mereka, kalau seseorang menghilang, berarti memang bukan orangnya.Namun orang yang percaya hubungan harus diperjuangkan justru lebih sulit menerima ghosting dan secara logika, itu masuk akal. Hubungan yang sehat dibangun dari komunikasi, bukan keheningan.3. Hubungan Terlau Intens Bikin Pasangan KaburDalam studi yang melibatkan lebih dari seribu peserta berusia 16–21 tahun, ditemukan komunikasi berlebihan bisa memicu ghosting. Mengirim pesan terlalu sering, menuntut perhatian terus-menerus, atau selalu ingin tahu keberadaan pasangan bisa membuat seseorang merasa tertekan.Dalam kondisi seperti itu, sebagian orang memilih jalan pintas dengan menghilang.Bukannya tidak peduli, tapi mereka merasa lebih memilih diam daripada harus menghadapi percakapan yang melelahkan secara emosional.4. Tanda-Tanda Ghosting Terlihat dari KepribadiannyaPenelitian oleh Jonason dan rekan menemukan pelaku ghosting cenderung memiliki sifat-sifat dari kepribadian Dark Triad yaitu:- Narsistik yang berarti merasa diri paling penting dan tidak peduli perasaan orang lain.- Manipulatif yaitu suka mengontrol situasi untuk keuntungan pribadi.- Psikopatik adalah kurangnya rasa empati dan impulsif.Orang dengan kepribadian seperti ini lebih mudah meninggalkan tanpa penjelasan karena mereka tidak merasa perlu. Dalam hubungan jangka pendek, sifat ini bahkan lebih menonjol.Kalau seseorang hanya bicara tentang dirinya, menghindari tanggung jawab, atau tampak manipulatif, maka waspadalah.5. Ghosting Bukan Berarti KejamAnda mungkin berpikir pelaku ghosting itu jahat atau tidak punya hati. Tapi penelitian menunjukkan tidak semua orang melakukan ghosting itu sekejam. Dalam wawancara dengan 34 orang pelaku ghosting, hampir semuanya bisa menjelaskan alasan mereka.Tiga alasan utama adalah:- Menghindari pertengkaran atau konfrontasi.- Merasa pasangan kurang selevel secara sosial atau emosional.- Ingin cepat move on.Menariknya, sebagian dari mereka merasa bersalah setelah melakukannya. Artinya ghosting sering dilakukan bukan karena benci, tapi karena mereka tidak tahu cara mengakhiri hubungan secara dewasa.6. Dampak Ghosting Lebih Lama daripada Disakiti Secara LangsungPenelitian tahun 2025 menemukan orang yang dighosting dan orang yang ditolak secara langsung sama-sama merasa sakit hati, namun korban ghosting lebih lama untuk pulih. Mereka cenderung ingin menghubungi si pelaku, ering memantau media sosial atau aktivitas online mantan pasangan dan sulit melepaskan diri secara emosional karena tidak mendapat penyelesaian yang jelas. Ghosting bukan membuat sakitnya lebih ringan, tapi membuat luka itu bertahan lebih lama.7. Ghosting Dilakukan karena Tidak Ingin MenyakitiTerdengar ironis, tapi ada juga yang melakukan ghosting karena peduli. Dalam delapan studi berbeda, Park & Klein (2024) menemukan sebagian orang menghilang karena tidak ingin membuat pihak lain sakit hati dengan ucapan penolakan.Mereka merasa diam adalah cara yang lebih lembut. Namun kenyataannya justru sebaliknya, keheningan menciptakan kebingungan dan memperpanjang rasa sakit.