Ilustrasi konsultasi dengan pakar kesehatan mental (Pexels/cottonbro studio)JAKARTA - Setiap tanggal 10 Oktober diperingati World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Sedunia. Pada peringatan tahun ini diusung tema “Mental Health in Humanitarian Emergencies” atau “Kesehatan Mental dalam Darurat Kemanusiaan”.World Federation of Mental Health (WFMH) mengingatkan bahwa Hari Kesehatan Mental Sedunia bukan sekadar simbol peringatan. Hari tersebut juga merupakan ajakan untuk semakin mengadakan dialog terbuka tentang kesehatan mental.“Semakin kita terlibat dalam dialog terbuka, semakin kita dapat memupuk ketahanan serta melawan isolasi sosial dan kesepian yang meluas,” kata Direktur Dewan WFMH, Julie Millard AM, dikutip dari laman resmi WFMH Global, pada Jumat, 10 Oktober 2025.Julie mengatakan bahwa percakapan yang jujur dan penuh empati dapat membantu mengurangi stigma serta diskriminasi terhadap mereka yang menderita gangguan kesehatan mental.Tak hanya itu, dengan dialog terbuka terkait kesehatan mental juga akan memberikan dukungan bagi keluarga dan komunitas di sekitar terkait kondisi tersebut dengan lebih baik.Hal tersebut harus semakin dilakukan mengingat laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada September 2025, terkait jumlah orang dengan gangguan kesehatan mental di dunia yang lebih dari satu miliar orang.Dengan angka tersebut maka terdapat 1 dari 8 orang hidup dengan gangguan kesehatan mental. Kondisinya termasuk kecemasan hingga depresi.Angka tersebut juga termasuk satu dari tujuh remaja di seluruh dunia (usia 10-19 tahun) yang memiliki masalah kesehatan mental. Secara global, depresi dan kecemasan naik lebih dari 25 persen selama tahun pertama pandemi COVID-19.Oleh karena itu, pada peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia mengajak semua pihak bekerja sama untuk terus menggaungkan pentingnya kesehatan mental. Mulai dari pejabat pemerintah, penyedia layanan kesehatan dan sosial, staf sekolah, dan kelompok masyarakat untuk bersatu mengatasi masalah kesehatan mental.