Galau dan Pengikhlasan dari Perspektif Biopsikologi :Cara Move On dengan Efektif

Wait 5 sec.

Ilustrasi putus cinta. Foto: Shutter StockSetiap orang pastinya pernah mengalami galau, apalagi kalau ditinggal sama orang yang berarti buat kita karena dia memilih orang lain. Perasaan kita pasti kecewa, sedih, merasa kehilangan, dan perasaan campur aduk lainnya. Rasa galau yang muncul itu bukan hanya dari pikiran kita saja lho ternyata. Biopsikologi mengajarkan bahwa emosi yang kita rasakan juga dipengaruhi oleh bagian otak dan hormon dalam tubuh kita. Dengan memahami ilmu biopsikologi maka kita bisa menemukan cara yang efektif untuk mempercepat proses move on. Tulisan ini akan menjelaskan secara sederhana bagaimana otak kita dan hormon berperan dalam proses tersebut, serta memberikan tips singkat berdasarkan ilmu biopsikologi untuk menghadapi masa sulit kita dengan lebih baik.Saat kita galau, bagian otak yang bernama amigdala bekerja aktif. Amigdala adalah pusat pengatur emosi, khususnya emosi sedih, takut, dan cemas. Ketika mengalami galau, amigdala memicu respons tubuh terhadap stres, yang dikenal sebagai respons "fight or flight" (melawan atau lari). Amigdala memberi sinyal ke bagian otak yang lain, yaitu hipotalamus, untuk meminta kelenjar adrenal mengeluarkan hormon kortisol dan adrenalin. Kortisol adalah hormon stres yang membantu tubuh siaga menghadapi tekanan dengan meningkatkan energi dan kewaspadaan. Namun, jika kadar kortisol terlalu tinggi dan berlangsung lama, kita bisa merasa cemas, gelisah, dan susah tidur, yang malah memperparah perasaan galau (Jurnal Biopsikososial, Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, 2025).Selain hormon stres, hormon penting lainnya yaitu dopamin juga mengalami perubahan. Dopamin berperan membuat kita merasa senang dan puas. Saat galau, kadar dopamin menurun, sehingga perasaan bahagia berkurang dan muncul rasa kosong atau kehilangan. Ini membuat perasaan sedih jadi lebih dalam, layaknya efek nyata dari perubahan hormon dan aktivitas otak biologis (Kajian Neurosains, 2024).Namun, ada hormon lain yang membantu saat kita mulai berusaha mengikhlaskan, yaitu oksitosin. Oksitosin dikenal sebagai hormon ikatan karena membantu kita merasa percaya dan dekat dengan orang lain. Walaupun hubungan romantis berakhir, oksitosin membuat kita nyaman untuk tetap menjaga hubungan sebagai teman. Hormon serotonin juga berperan menenangkan pikiran serta meningkatkan suasana hati, sehingga kita lebih mudah menerima kenyataan dan mengurangi stres (Jurnal Biopsikososial, 2025).Selain itu, bagian otak bernama korteks prefrontal sangat penting dalam proses pengikhlasan. Korteks prefrontal mengontrol pikiran dan emosi secara sadar serta membantu kita membuat keputusan yang rasional. Dengan bantuan korteks prefrontal, kita belajar mengendalikan kesedihan dan mulai menerima keadaan. Lama-kelamaan, emosi galau perlahan menghilang dan pikiran kita beralih dari fokus kehilangan kepada penerimaan, bahkan membuka hati untuk membangun hubungan baru sebagai teman (Kajian Neurosains, 2024).Selain otak, tubuh turut merespons perasaan galau. Galau sering menimbulkan gangguan tidur. Tidur yang tidak cukup membuat tubuh mudah lelah dan pikiran sulit fokus. Namun saat kita mulai mengikhlaskan, pola tidur kembali normal, sehingga tubuh dan otak bisa beristirahat dengan baik. Tidur cukup sangat penting untuk memulihkan fungsi otak terutama yang mengatur emosi dan pengambilan keputusan (Jurnal Biopsikososial, 2025).Salah satu kemampuan hebat otak yang disebut neuroplastisitas juga ikut membantu. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk sambungan saraf baru. Saat kita berusaha berpikir positif, menerima keadaan, dan melakukan kegiatan seperti meditasi atau berbicara dengan teman, otak membentuk jalur saraf baru yang mengurangi galau dan meningkatkan perasaan nyaman. Proses ini merupakan cara biologis bagi otak untuk belajar bangkit dari kesedihan menuju kebahagiaan baru (Kajian Neurosains, 2024).Memahami proses biologis di balik galau dan pengikhlasan membuat kita tahu bahwa perasaan tersebut adalah reaksi alami otak dan tubuh terhadap perubahan emosi. Dengan pengetahuan ini, kita bisa lebih sabar dan tidak menyalahkan diri sendiri saat merasa sedih atau sulit menerima kenyataan. Pengetahuan ini juga mendorong kita untuk menjaga kesehatan fisik dan psikologis, seperti tidur cukup, olahraga teratur, dan menjaga hubungan sosial yang positif agar proses penyembuhan emosi berjalan lancarGalau dan proses pengikhlasan melibatkan interaksi kompleks antara otak, hormon, dan tubuh. Amigdala mengatur emosi sedih dan cemas, hormon kortisol dan dopamin memengaruhi perasaan stres dan kehilangan, sementara hormon oksitosin dan serotonin membantu menenangkan dan memperkuat ikatan sosial. Korteks prefrontal mendukung kontrol emosi dan pengambilan keputusan, serta neuroplastisitas memungkinkan otak beradaptasi dan membentuk jalur baru untuk mengurangi galau. Memahami hal ini membuat proses move on menjadi lebih masuk akal dan bersifat alami.Untuk mempercepat proses move on dan pengikhlasan, beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:1. Jaga pola tidur teratur agar otak dan tubuh mendapat waktu istirahat yang cukup untuk mengatur emosi dengan baik.2. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga untuk menurunkan hormon stres dan meningkatkan hormon bahagia seperti serotonin dan dopamin.3. Bangun dukungan sosial dengan berbagi cerita dan perasaan kepada teman atau keluarga agar hormon oksitosin aktif dan rasa nyaman meningkat.4. Latih pikiran positif dan meditasi supaya amigdala lebih tenang dan otak membentuk jalur saraf baru yang mendukung perasaan nyaman.5. Alihkan fokus dengan aktivitas baru seperti hobi atau belajar hal baru agar otak mudah membentuk koneksi baru yang menolong mengurangi galau.6. Terima perasaan dengan kesadaran penuh tanpa menekan emosi sedih, sehingga korteks prefrontal dapat bekerja mengatur emosi secara rasional.Dengan cara-cara tersebut, proses pengikhlasan akan berjalan lebih cepat dan kesehatan mental tetap terjaga, sesuai dengan mekanisme biologis yang ada di otak dan tubuh kita.