Pemain Malaysia, Hector Hevel (#13), rayakan gol bersama rekan satu timnya saat Kualifikasi Piala Asia kontra Nepal di Stadion Sultan Ibrahim di Johor Bahru pada 25 Maret 2025. Foto: Mohd Rasfan/AFPPelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, menolak menjawab pertanyaan wartawan mengenai kontroversi pemalsuan dokumen oleh Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) yang berujung sanksi FIFA. Ia mengatakan kalau saat ini fokus utamanya adalah pertandingan Arab Saudi menghadapi Indonesia.Isu skandal naturalisasi pemain di Timnas Malaysia rupanya tak hanya ramai di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga menarik perhatian dunia. Polemik itu bahkan ikut menjadi topik hangat jelang duel antara Timnas Indonesia dan Arab Saudi di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.Pada sesi konferensi pers jelang pertandingan, salah satu wartawan mempertanyakan terkait kontroversi naturalisasi di sepak bola Malaysia kepada Patrick Kluivert. Pelatih asal Belanda tersebut langsung menolak menjawab dan mengatakan bahwa fokusnya terhadap laga skuad ‘Garuda’.“Saya tidak akan berbicara soal itu. Fokus saya adalah pertandingan besok. Saya tidak tahu detailnya dan juga tidak tertarik membahasnya. Yang penting bagi saya hanyalah pertandingan besok (laga Indonesia menghadapi Arab Saudi),” ujar Kluivert dalam sesi konferensi pers, Selasa (7/10).Sejumlah pemain Timnas Indonesia mengikuti sesi latihan di Arab Saudi, Jumat (3/10/2025). Foto: Dok. PSSISebelumnya Malaysia mendapat sanksi FIFA atas keterlibatan mereka dalam pemalsuan dokumen 7 pemain naturalisasi. Hasil investigas lengkap FIFA menguak bahwa FAM mengubah tempat lahir kakek-nenek ketujuh pemain naturalisasi tersebut menjadi seluruhnya di Malaysia. Sementara kenyataannya tidak, Sekretariat Komite Disiplin FIFA berhasil mendapatkan dokumen asli akte lahir kakek-nenek 7 pemain naturalisasi tersebut.Hasil investigasi tersebut menjadi dasar Komite Disiplin FIFA menjatuhkan sanksi berat kepada FAM dan tujuh pemain naturalisasi Malaysia, antara lain denda kepada FAM senilai CHF 350.000 (sekitar Rp 7,3 miliar). Lalu denda kepada pemain sebesar CHF 2.000 (sekitar Rp 43 juta) ditambah dengan larangan bermain selama 12 bulan di segala aktivitas sepak bola.